Kontroversi pernyataan Sangadi Bulud, begini reaksi Aditya Moha

Penulis: Romansyah Banjar
Editor: marsal
Aditya Anugrah Moha bersama Direktur lembaga survey INDOBAROMETER, M Qodary.

BOLMONG, ZONAUTARA.com—Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) II Partai Golkar Bolaang Mongondow (Bolmong), Aditya Anugrah Moha, angkat bicara terkait pernyataan seorang Sangadi (kepala desa) yang mengajak warga untuk memilih calon bupati asli orang Mongondow dan bukan (memilih) “orang Arab”.

Aditya Moha menyatakan bahwa pernyataan Sangadi tersebut tidak mencerminkan semangat persatuan dan kebhinekaan yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Bolaang Mongondow selama ini.

“Kita harus menghargai dan menghormati semua warga, apapun latar belakang suku, agama, dan rasnya. Pernyataan seperti ini hanya akan memecah belah masyarakat,” ujar ADM.

Aditya juga menegaskan bahwa Partai Golkar selalu mengedepankan prinsip inklusivitas dan persatuan dalam berbagai aktivitas politiknya.

“Kami berharap kejadian ini tidak mengganggu keharmonisan masyarakat Bolmong yang sudah terjalin dengan baik selama ini,” tambahnya.



Lebih lanjut, Aditya mengimbau semua pihak, terutama para pemimpin di tingkat lokal, untuk bijak dalam menyampaikan pendapat dan selalu mengedepankan kepentingan bersama.

“Kita semua memiliki tanggung jawab untuk menjaga keutuhan dan kerukunan di tengah masyarakat,” ungkapnya.

Selain itu, dia juga mengatakan isu primordialisme ini akan menggiring masyarakat kepada pandangan politik yang kecil dan tidak substansial.

“Ini tidak mengedukasi masyarakat terkait politik. Harusnya sebagai pemimpin itu menjadi contoh kepada masyarakat,” sebut ADM sapaan akrab Aditya.

Di sisi lain, dia juga meminta kepada seluruh pihak terkait dalam hal ini Bawaslu untuk menelusuri peristiwa tersebut.

“Intinya, pernyataan kepala desa atau sangadi ini harus ditelusuri, agar persoalan ini bisa terang dan tidak berdampak pada hubungan sosial yang ada di daerah yang sama kita cintai ini,” pesannya.

Pernyataan Sangadi Bulud kontroversi

Bolaang Mongondow (Bolmong) selama ini dikenal sebagai salah satu daerah yang merepresentasikan keberagaman dan toleransi di Sulawesi Utara.

Bolmong bahkan sering dijuluki sebagai “miniatur Indonesia” karena keberagaman etnis, suku, ras, dan agama yang hidup berdampingan dengan damai di wilayah ini. Namun, citra harmoni dan kerukunan tersebut diguncang oleh pernyataan provokatif dan bernuansa rasis yang disampaikan oleh salah satu pejabat di level desa.

Sangadi Bulud, Kecamatan Passi Barat, dalam sebuah acara hajatan warga, mengeluarkan pernyataan yang kontroversial dan menyinggung kelompok etnis tertentu.

Dalam pidatonya, ia secara terang-terangan mengajak warga untuk memilih calon bupati yang asli Mongondow, dengan menyebut nama Limi Mokodompit dan Nayodo Koerniawan.

Namun, yang paling mengejutkan adalah ketika ia menambahkan seruan.

“Bukan (memilih) orang Arab,” serunya.

Pernyataan ini langsung menyulut perdebatan di kalangan masyarakat Bolmong, yang selama ini dikenal dengan toleransi antar suku dan agama. Banyak pihak menilai, ungkapan kepala desa tersebut sangat tidak pantas dan berpotensi merusak tatanan sosial serta keharmonisan yang telah terjalin lama di daerah tersebut.

Sayangnya, hingga berita ini tayang, Sangadi Bulud, Nurhadin Mokodongan ketika dikonfirmasi via pesan WhatsApp tidak merespon.

Memulai karir sebagai jurnalis di Koran Harian Manado Post, dan bergabung dengan zonautara.com di sejak 2022. Termotivasi untuk terus belajar dan meningkatkan kapasitas.
Leave a Comment

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com