ZONAUTARA.com – Menjelang Cervical Cancer Elimination Day of Action atau Hari Aksi Eliminasi Kanker Serviks pada 17 November, World Health Organization (WHO) dan United Nations Population Fund (UNFPA) mengapresiasi komitmen Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes) dalam mengeliminasi kanker serviks (leher rahim), yang diperingati dengan pelaksanaan imunisasi human papillomavirus (HPV) nasional 2024 dan transisi ke metode DNA HPV untuk skrining.
Kedua badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ini, yang telah mendukung Rencana Aksi Nasional (RAN) Eliminasi Kanker Leher Rahim, dan akan terus membantu implementasi RAN ini melalui program-program pelayanan kesehatan primer, pengampuan rumah sakit, dan penerapan inovasi berbasis bukti yang efektif biaya.
Secara global, kanker serviks adalah kanker terbanyak keempat pada perempuan. Pada tahun 2022, diperkirakan 660.000 perempuan terdiagnosis kanker serviks di seluruh dunia. Sekitar 350.000 perempuan meninggal akibat penyakit ini. Hampir semua kanker serviks (99%) dikaitkan dengan infeksi HPV.
Kanker serviks merupakan kanker terbanyak kedua pada perempuan Indonesia, dengan 36.000 kasus baru dan 21.000 kematian setiap tahunnya. Keputusan Indonesia pada tahun 2023 untuk memperluas akses vaksin HPV sehingga mencakup anak-anak perempuan di kelas 5 dan 6 – sesuai RAN Eliminasi Kanker Leher Rahim – merupakan langkah penting menuju pencapaian target strategi global WHO untuk mengeliminasi kanker serviks sebagai masalah kesehatan masyarakat, pada tahun 2030.
Target-target global tersebut menuntut:
- 90% anak perempuan telah mendapatkan vaksin HPV pada usia 15 tahun;
- 70% perempuan telah diskrining dengan tes performa tinggi pada usia 35 tahun dan lagi pada usia 45 tahun; dan
- 90% perempuan dengan kondisi pra-kanker menerima pengobatan serta 90% perempuan dengan penyebaran kanker (kanker invasif) menjalani perawatan.
WHO dan UNFPA memuji Indonesia karena mengadopsi target-target ini di tingkat nasional. Untuk mempercepat kemajuan pencapaiannya, WHO siap mendukung Indonesia menerapkan jadwal ringkas imunisasi HPV dosis tunggal, yang memberikan perlindungan yang sebanding dengan jadwal dua dosis saat ini, menekan biaya, dan menjangkau lebih banyak anak perempuan dan perempuan dewasa dengan lebih cepat.
“Pelaksanaan imunisasi HPV nasional Indonesia merupakan komitmen penting bagi kesehatan masyarakat dan keadilan gender,” ujar Dr N. Paranietharan, Perwakilan WHO untuk Indonesia.
“Jadwal dosis tunggal ini akan meningkatkan efisiensi, menurunkan biaya, dan mempercepat anak-anak perempuan dan perempuan dewasa Indonesia mendapatkan perlindungan, sehingga memajukan tujuan bersama kita untuk mengeliminasi kanker serviks,” lanjut Paranietharan.
Di seluruh dunia, 141 negara telah mengintegrasikan vaksin HPV ke dalam program imunisasi rutin mereka, dan 59 negara menggunakan kebijakan dosis tunggal, seperti Afrika Selatan, Kanada, Inggris, dan Australia. Rekomendasi untuk jadwal dosis tunggal pertama diajukan pada April 2024 oleh kelompok penasihat pakar independen WHO, SAGE.
Memperluas akses merata pada layanan skrining dan pengobatan
Pada saat bersamaan, WHO dan UNFPA memuji upaya Indonesia untuk meningkatkan kemerataan akses layanan skrining dan pengobatan kanker yang responsif terhadap kebutuhan-kebutuhan spesifik perempuan. Hal ini penting untuk memperkuat keberhasilan deteksi dini dan pengobatan kanker leher rahim dan harus terus diperluas. Saat ini, sekitar 70% kasus kanker serviks di Indonesia baru terdiagnosis pada stadium akhir, di mana pengobatan menjadi kurang efektif.
Dengan mengalihfungsikan alat-alat RT-PCR dari respons COVID-19, serta dengan memperluas penggunaan mesin-mesin GeneXpert untuk tes HPV, Kemenkes bertindak untuk memastikan perempuan-perempuan Indonesia dapat mengakses diagnosis dan pengobatan dini yang efektif. WHO akan terus membantu adaptasi standar-standar dan protokol-protokol layanan nasional sesuai dengan panduan berbasis bukti terbaru.
Sebagai bagian dari upaya ini, UNFPA akan terus memberikan dukungan vital untuk meningkatkan akses layanan kesehatan primer yang bermutu, yang penting untuk skrining kanker serviks.
“UNFPA Indonesia bertekad mendukung bidan-bidan di Indonesia mencapai standar internasional. Dengan memberikan pelatihan dan meneruskan pengembangan profesional pekerja-pekerja penting ini, kita memberdayakan tenaga-tenaga kesehatan ini untuk mendeteksi dan mencegah kanker serviks, sehingga pada akhirnya menyelamatkan nyawa perempuan-perempuan Indonesia,” kata Hassan Mohtashami, Perwakilan UNFPA Indonesia.
Rencana Kanker Nasional 2024–2034 Indonesia mendatang akan melengkapi dan mendukung RAN Eliminasi Kanker Leher Rahim 2023-2030, khususnya terkait penguatan pemberian layanan, edukasi, dan pelatihan bagi tenaga kesehatan, yang penting untuk mempercepat kemajuan dalam upaya melawan segala jenis kanker, termasuk kanker serviks.
Rencana Kanker Nasional ini dipertajam dengan kajian Integrated Mission of the Programme of Action for Cancer Therapy (imPACT) ketiga Indonesia, yang diadakan pada 2024 dengan dukungan dari WHO, International Agency for Atomic Energy, dan International Agency for Research on Cancer.