ZONAUTARA.COM – Sebanyak 148 ekor satwa dilindungi, yang terdiri atas 61 ekor kakatua koki (Cacatua galerita), 64 ekor kasturi kepala hitam (Lorius lory), 22 ekor nuri bayan (Eclectus polychloros), dan 1 ekor perkici pelangi (Trichoglossus haematodus), diberangkatkan dari Bitung menuju daerah asalnya, Sorong, Papua Barat, pada Sabtu (7/12/2024).
Satwa-satwa ini merupakan hasil sitaan, temuan, dan serahan masyarakat kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Utara.
Mereka telah menjalani perawatan dan rehabilitasi di Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Tasikoki. Setelah pemeriksaan kesehatan yang menyatakan mereka layak, satwa-satwa tersebut akan dilepasliarkan kembali ke habitat aslinya.
Dukungan berbagai pihak
Pengiriman ini terlaksana berkat kerjasama berbagai pihak, termasuk Direktorat KKHSG, BBKSDA Papua Barat, Yayasan Masarang, World Parrot Trust, dan BKSDA Sulawesi Utara. Dukungan juga datang dari Otoritas Kesmavet Dinas Pertanian & Peternakan Sulawesi Utara, Balai Karantina Hewan, Ikan & Tumbuhan Manado, PT. Pelni cabang Bitung, PT. Pelindo IV Bitung, serta KSOP Bitung.
“Proses ini melibatkan persiapan panjang, termasuk pengurusan administrasi, pembuatan kandang, serta memastikan kesehatan dan perilaku satwa,” ujar dr. Audrey, koordinator tim translokasi, kepada tim zonautara.com saat ditemui langsung di Pelabuhan Bitung, Sabtu (7/12/2024).
Audrey juga menekankan pentingnya rehabilitasi untuk mengembalikan sifat liar satwa yang telah lama hilang akibat penangkapan dan penyelundupan.
Menjaga kesejahteraan satwa selama perjalanan
Angela, perwakilan dari World Parrot Trust yang ikut dalam perjalanan, menyatakan, “Yang paling penting adalah memastikan kesejahteraan dan kesehatan satwa. Kami turut membantu agar proses translokasi ini berjalan aman.”
Seluruh satwa diberangkatkan menggunakan kapal KM Labobar, didampingi tujuh anggota tim yang bertugas menjaga keselamatan dan kesehatan satwa selama perjalanan.
Satwa-satwa ini diharapkan tiba dengan selamat di Sorong, Papua Barat, dan dapat segera hidup bebas di habitat aslinya.
“Kami berharap upaya ini juga meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya melindungi satwa liar dan memahami betapa panjang proses rehabilitasi yang diperlukan,” tambah Dr. Audrey.
Dengan keberangkatan ini, langkah besar telah diambil untuk melestarikan kekayaan fauna Indonesia dan mencegah kepunahan satwa-satwa langka ini.