Petugas dari BKSDA Sulut bergegas menuju kendaraan operasional yang terparkir. Malam itu, 22 Desember 2023. Hari terakhir patroli pengamanan peredaran tumbuhan dan satwa liar. BKSDA Sulut tak sendiri. Beberapa lembaga ikut terlibat, termasuk Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara (Sulut). Saban malam hingga matahari terbit, mereka berjaga selama 4 hari di simpang Jembatan Kaiya, Inobonto, Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong). Rute yang mesti dilewati kendaraan yang memasuki Sulut dari arah Gorontalo dan provinsi lain di Sulawesi. Rute ini pula yang ditempuh pengangkut atau transporter satwa liar.
Begitu pintu mobil double cabin itu tertutup, mereka langsung tancap gas. Tim Zonautara.com mengekor dengan dua sepeda motor. Yang diburu adalah dua kendaraan pick up yang sengaja lari dari hadangan petugas. Kedua sopir itu menolak berhenti, meski petugas telah memberi signal lampu patroli. Satu kendaraan lolos, satunya lagi berhasil dipaksa kembali ke pos pemeriksaan.
Tiba di pos, muatan dibongkar. Isinya daging babi hutan sebanyak 1.300 kg, anjing hidup 15 ekor dan kelelawar yang sudah mati sebanyak 300 kg. Sang sopir, Fenly Umbas kepada petugas menjelaskan, daging satwa liar dan anjing ini dibawa dari Sidrap di Sulawesi Selatan. “Mau dibawa ke Amurang, Tumpaan dan Kawangkoan”, ujar Fenly saat diperiksa. “Bos ada di Makassar, dia yang cari di sana, kami hanya muat,” jelas Fenly lagi.
Saat terpal penutup bak pick up dibuka, bau busuk dan anyir menyeruak. Menyengat. Bikin muntah bagi yang tidak terbiasa. Kondisi yang sama pada puluhan kendaraan pengangkut daging satwa liar yang dicegat sejak hari pertama patroli digelar, 19 Desember 2023.
Tapi sama halnya dengan patroli serupa yang digelar pada Desember 2022, Tim Zonautara.com menyaksikan kendaraan pengangkut ini dibiarkan melanjutkan perjalanan, memasok daging satwa liar ke sejumlah pasar di Minahasa, Minahasa Selatan, Minahasa Utara, Minahasa Tenggara, Manado dan Tomohon. Petugas hanya mencatat jenis dan jumlahnya dan menasehati pelaku. Kecuali ditemukan jenis satwa liar dilindungi, barangnya ditahan setelah dibuatkan berita acara.
Padahal secara kasat mata, banyak dari daging satwa liar ini termasuk kelelawar telah rusak. Ada yang terlihat berbelatung. Berbau busuk. Perjalanan panjang yang ditempuh dan pengemasan seadanya membuat daging mudah rusak. Jika Fenly mengaku mengangkut dari Sulawesi Selatan, Feni Ruus yang dicegat pada 21 Desember pukul 01.20 mengaku membawa daging satwa liar dari Kendari, Sulawesi Tenggara, yang berjarak hampir 2000 kilometer dari Pasar Tomohon. Dengan jarak sejauh itu, dan mobil hanya akan jalan pada malam hari, karena menghemat es batu agar tidak cepat meleleh jika jalan siang hari, daging satwa liar ini akan menempuh perjalanan 5 hingga 7 hari. Belum termasuk saat para pemburu mengumpulkannya, sebelum menghubungi pengepul.
Saat daging satwa liar ini dipajang di lapak-lapak di berbagai pasar tradisional di Sulut, semuanya terlihat masih layak. Karena sebagian besar telah dibakar oleh penjual untuk menghilangkan bulu. Beberapa warga yang ditemui di Pasar Tomohon mengaku tidak mengetahui persis darimana kelelawar yang mereka beli didatangkan oleh penjual. Yang mereka tahu, daging kelelawar adalah salah satu menu wajib yang harus hadir di meja makan, kala perayaan hari besar, seperti Hari Raya Natal dan Tahun Baru atau Hari Pengucapan Syukur.
Selain membahayakan bagi kesehatan, berpotensi menyebarkan penyakit zoonotik, pengambilan kelelawar di alam tanpa pengendalian dan perdagangan tanpa pengawasan yang ketat, mengancam kelangsungan populasi kelelawar yang dikenal sebagai “petani hutan”. Tak hanya itu sejumlah kerugian ekologis menanti jika kelelawar semakin sedikit di alam. Tapi Fenli, Feni dan para transporter satwa liar, para penjual, pengepul, penampung dan pemburu serta warga yang gemar makan daging satwa liar mungkin tidak menyadari ancaman besar tersebut.
Riset yang dilakukan Sheherazade, Susan M. Tsang berjudul Quantifying the bat bushmeat trade in North Sulawesi, Indonesia, with suggestions for conservation action, menyebut konsumsi kelelawar yang intens di Sulut, telah meningkatkan perburuan dan ancaman terhadap kepunahan, yang bukan hanya terjadi di Sulut tetapi dapat menyebar ke daerah lain.
Sulut menjadi area dengan pasar daging satwa liar terbesar di kawasan Asia Tenggara (Lee. 2005 dalam hasil riset yang dilakukan Liana dan Witno, yang diterbitkan di Jurnal Penelitian Kehutanan Bonita, Vol. 3 No 1 tahun 2021). Riset Liana dkk pada 2019 menyebut sebanyak 569.515 ekor kelelawar atau setara 189 ton di Sulut berakhir di meja makan saban tahun.
Tapi angka yang lebih besar dihasilkan dari riset Sheherazade. Setidaknya setiap tahun sekitar 500 ton kelelawar didatangkan dari luar Sulut untuk memasok 8 pasar utama yang tersebar di berbagai kabupaten di Sulut. Itu berarti sebanyak 1,4 juta ekor kelelawar harus terpisah dari koloni mereka di alam. Pasokan terbesar datang dari Sulawesi Selatan 38%, sebagaimana pengakuan para transporter yang diwawancarai Tim Zonautara.com sepanjang dua kali mengikuti patroli pada Desember 2022 dan Desember 2023.
Bebas mengangkut
Permintaan yang tinggi ini, membuat para pengepul terus memasok kelelawar. Pasokan pun harus didatangkan tak hanya dari berbagai provinsi di Sulawesi, namun beberapa tahun terakhir pasokan kelelawar bahkan sudah didatangkan dari Kalimantan, berbarengan dengan pengangkutan daging satwa liar lainnya, terutama ular piton dan babi hutan.
Jika dulu, para penampung mengirim orang mereka menjemput satwa liar dari pemburu dan pengumpul, dalam tiga tahun terakhir bermunculan pemain baru yang tidak terafiliasi dengan penampung besar. Mereka membawa mobil pick up mendatangi lokasi-lokasi perburuan. Mengangkut satwa liar apa saja yang bisa dijual kembali di Sulut.
“Dari amatan kami trend angkutan satwa liar berubah sejak pandemi Covid-19. Sebelumnya, satwa dijemput langsung menggunakan kendaraan milik para bos. Sekarang tugas tersebut sudah dilakukan pihak ketiga, para transporter. Mereka akan keliling Sulawesi mengangkut barang (satwa liar -red). Hanya sesekali saja kendaraan para bos itu yang turun langsung. Dengan cara ini mereka lebih untung,” ujar Program Manager Animal Friends Manado Indonesia (AFMI), Frank Delano Manus, saat ditemui pada Oktober 2023.
Munculnya para pemain baru serta pemain lama yang terus mengangkut kelelawar serta daging satwa liar lainnya dari luar Sulut, juga didorong lemahnya pengawasan yang dilakukan pihak terkait. Para transporter ini nyaris tidak mengurus dokumen apapun terkait pengangkutan satwa liar lintas provinsi. Lebih dari 10 mobil transporter yang dicegat selama 4 hari patroli pada Desember 2023, nyaris semuanya tidak dilengkapi dokumen apapun, kecuali dokumen terkait lalu lintas seperti SIM dan STNK.
Pengemudi mobil pick up bernomor polisi DB 8932 BJ misalnya. Ia yang dicegat pada 23 Desember pagi hari, berpura-pura sibuk mencari dokumen saat ditanyai petugas. Karena tidak dapat menunjukkan dokumen yang dimaksud, petugas meminta mereka putar balik dan tidak melanjutkan perjalanan ke Manado.
Salah satu mobil pick up dengan nomor polisi DB 8186 JC, dapat menunjukkan dokumen berupa Surat Keterangan Kesehatan Hewan Bahan Asal Hewan yang dikeluarkan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan bernomor 524.6/304/XII/SKKH/Distan/2023. Isi surat tersebut tertera barang yang diangkut adalah daging babi seberat 750 kg. Namun saat diperiksa oleh petugas, ternyata di dalam bak mobil terdapat pula 42 kg ular piton yang sudah mati, anjing dan kelelawar.
Agustina Owu (62) pemilik barang mengaku sudah 10 tahun menggeluti bisnis daging satwa liar ini. Sebelumnya dia bersama suaminya yang sering bolak balik mengambil pasokan dari berbagai daerah di provinsi lain. Suami Agustina telah meninggal 8 tahun silam. Selama itu pula, menurut Agustina mereka tidak pernah berurusan dengan pemerintah untuk mengurusi dokumen.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 17 Tahun 2023 tentang Tata Cara Pengawasan Lalulintas Hewan, dan Media Pembawa Penyakit Hewan Lainnya di dalam Wilayah NKRI, mengatur setiap pengangkutan hewan dan produk hewan yang dilalulintaskan antar wilayah atau antar kawasan dalam satu atau kelompok pulau dan lalu lintas antar pulau, harus dilengkapi dengan beberapa dokumen. Antara lain, sertifikat veteriner atau surat keterangan kesehatan hewan (SKKH) dari otoritas veteriner daerah asal, hasil uji laboratorium, surat rekomendasi pemasukan dari daerah tujuan dan surat rekomendasi pengeluaran dari daerah asal.
Lemahnya pengawasan yang dilakukan saat daging kelelawar ini masuk ke Sulut juga terlihat di Pos Check Point yang didirikan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Bolaang Mongondow Utara di Desa Tontulow, Kecamatan Pinagoluman, tepat di pintu masuk perbatasan Sulawesi Utara dan Gorontalo. Pada liputan mendalam tentang zoonosis yang dilakukan oleh Zonautara.com pada November 2023, petugas yang ditemui mengakui kelemahan mereka. Para petugas ini hanya mendata siapa penerima dan menanyakan tempat tujuan, tanpa mencari tahu siapa pengirimnya. Yang didata pun, hanyalah jenis ternak yang telah diatur dalam Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Sulawesi Utara Nomor 5 tahun 2018 tentang Retribusi Daerah.
“Kami enggan membongkar daging yang sudah bercampur dan ditumpuk-tumpuk seperti itu, apalagi sudah berhari-hari di perjalanan. Paling kami hanya bisa minta tolong sopirnya untuk membongkar seadanya atau sekadar memotretnya,” ucap Karim Talango (53) Petugas Dispertanak Provinsi Sulut pada Agustus 2023.
Lemahnya pemeriksaan terhadap daging satwa liar di pos perbatasan ini, juga diperparah dengan kekurangan petugas. Seharusnya ada 7 orang yang bertugas di pos itu, 2 dari Dispertanak Provinsi Sulut, dan 5 dari Dispertanak Kabupaten Bolmut. Namun mereka tidak saban hari berjaga.
“Harusnya, sehari itu ada satu petugas dari provinsi dan tiga dari kabupaten. Nyatanya hanya saya sendiri atau pak Karim sendiri. Kadang ya saya minta tolong pada pemuda desa di sini, agar ada yang bisa menemani saya. Kalau begini, ya tidak bisa berbuat lebih,” kata Oneng Lamuda (34) petugas dari Dispertanak Bolmut.
Pengawasan yang lemah ini membuat para transporter bisa leluasa mengangkut daging kelelawar dan satwa liar lainnya dari mana saja. Farsen pengemudi pick up hitam dengan nomor polisi DB 8460 CC, saat dicegat oleh petugas patroli pada Desember 2023, mengaku daging satwa liar mereka ambil dari penjual di tepi jalan di Marisa dan Paguat, Kabupaten Pohuwato, Gorontalo. Begitu pula pengakuan dari Roy Sumendap pengemudi pick up DT 9108 CT, yang mengangkut 350 kg daging babi hutan, 250 ekor kelelawar, anjing 17 ekor dan beberapa ekor ular piton. Roy tidak membawa dokumen apapun sebagaimana yang disyaratkan.
Padahal Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar mensyaratkan tiap-tiap perdagangan satwa liar wajib dilengkapi dengan dokumen yang sah (pasal 22). Pelanggaran atas ketentuan ini dapat dikenakan denda hingga Rp 200 juta atau pencabutan izin usaha bagi pelaku usaha (pasal 56). Demikian pula untuk pengiriman dan pengangkutan satwa liar atau bagian-bagiannya harus dilengkapi dengan dokumen pengiriman dan pengangkutan (pasal 42), jika tidak pelaku dapat didenda hingga Rp 250 juta (pasal 63). Kedua pelanggaran ini dapat disertai dengan perampasan untuk negara (pasal 64).
Tapi meski para pelaku pengangkutan yang dicegat tidak membawa dokumen apapun, toh petugas patroli tidak dapat berbuat banyak, apalagi menyita daging satwa liar yang berton-ton itu. Kepala Seksi Konservasi Wilayah I Bitung BKSDA Sulut, Yakub Ambagau mengakui bahwa pihaknya kesulitan menangani pelanggaran pengangkutan ini. “Kalaupun kami menyitanya, daging yang sangat banyak ini akan ditaruh di mana,” ujar Yakub saat Patroli Pengamanan dan Peredaran TSL pada Desember 2022.
Pada Desember 2022, selama 3 hari (21-23 Desember) patroli dilakukan di jalur Trans Sulawesi di ruas jalan Lolak, Bolaang Mongondow, lebih dari 10 ton berbagai daging satwa liar teramati masuk Sulut. Pada tahun 2021, patroli serupa mencatat sebanyak 10,65 ton daging satwa liar dibawa transporter dari berbagai provinsi masuk ke Sulut.
Kondisi ini membuat banyak transporter berani melawan petugas. Banyak pula dari antara mereka sengaja berhenti sebelum pos patroli, dan baru melanjutkan perjalanan saat petugas patroli beristirahat. Seperti kejadian pada 21 Desember 2023. Setidaknya ada dua kendaraan pick up yang mengangkut berbagai jenis satwa liar berhenti di pelataran depan kawasan pabrik PT Conch North Sulawesi Cement, berjarak sekitar 2 Km dari pos patroli gabungan. Mereka baru jalan saat pagi hari sekitar pukul 8 ketika petugas bubar.
Petugas gabungan yang tahu akal bulus para sopir ini, mencoba menjebak dengan berpura-pura bubar dan memindahkan lokasi ke depan Polsek Bolaang, sekitar 3 KM dari posisi semula. Benar saja, tak berapa lama, para transporter yang menduga petugas patroli sudah bubar, melintas. Dari pemeriksaan, dua kendaraan pick up ini mengangkut kelelawar seberat 330 kg, daging babi hutan 1.450 kg dan 6 ekor ular piton berukuran sangat besar. Kedua sopir menyebut mereka mengambil satwa liar dari Kendari dan Bau-Bau, Provinsi Sulawesi Tenggara dan hendak dibawa ke Amurang (Minahasa Selatan), Kawangkoan (Minahasa) dan Tombatu (Minahasa Tenggara).
Namun seperti kendaraan pengangkut lainnya, setelah petugas dari Dinas Pertanian Provinsi Sulut mencatat muatannya, diberi nasihat dan peringatan, kedua kendaraan ini dibiarkan melanjutkan perjalanan, menyuplai satwa liar ke para penampung yang kemudian akan menyalurkannya ke para penjual di berbagai pasar tradisional di Sulut.
Menghitam di lapak
Berton-ton daging kelelawar yang diangkut melintasi rute Trans Sulawesi ini, akan disuplai ke beberapa pasar di Sulut. Adapun 8 pasar utama sebagai tujuan adalah Pasar Karombasan dan Pasar Bersehati di Kota Manado; Pasar Airmadidi di Minahasa Utara; Pasar Beriman di Tomohon, Pasar Kawangkoan dan Pasar Langowan di Minahasa; Pasar Amurang dan Pasar Motoling di Minahasa Selatan. Selain itu para transporter dan penampung juga menyuplai ke pasar-pasar kecil seperti Pasar Tombatu di Minahasa Tenggara, dan Pasar Ibolian di Bolmong. Terdapat pula supermarket di Tomohon dan Minahasa yang menjual daging kelelawar dan ular piton .
Bagi masyarakat umum Pasar Beriman Tomohon sangat tersohor, hingga dijuluki sebagai pasar ekstrim. Selain karena banyaknya lapak penjual daging satwa liar, pasar ini juga dijadikan semacam destinasi bagi pemandu wisata membawa wisatawan mengenal kuliner khas Minahasa. Jaraknya dari Manado juga cukup dekat, sekitar 45 menit berkendara.
Sebelum patroli pengamanan peredaran TSL digelar pada Desember 2023, Tim Zonautara.com menyambangi Pasar Beriman Tomohon pada awal November 2023. Ini kunjungan yang kesekian kalinya di pasar yang memiliki sekitar 100 an lapak penjualan daging.
Hari itu (1/11/2023) hanya sekitar 50-an lapak yang terisi, yang menjual kelelawar, daging anjing, babi hutan, ular piton, biawak, tikus hutan dan babi ternak. Setelah melakukan pendekatan, Zonautara.com berhasil bertemu dengan Roy (46), yang awalnya hanya duduk saja mengamati lapak. Ia tampak awas. Ia tak senang dan mengaku terganggu dengan banyaknya pemberitaan miring tentang Pasar Tomohon. Setelah meluapkan isi hatinya, Roy mulai terbuka.
Dari wawancara dengannya, daging satwa liar yang diperjual-belikannya, kebanyakan berasal dari Sulawesi Selatan dan Kalimantan. Roy juga membenarkan jika pasokan kelelawar datang dari Gorontalo, seturut pengakuan para transporter. Roy menyebut nama Onal, sebagai salah satu penampung daging satwa liar di Tomohon. Ia juga menyebut nama Ci’ Eny, yang siang itu sedang memotong-motong daging babi di lapak lain. Ada pula nama Lilis yang juga disebut sebagai penampung.
“Kelelawar ada yang dari Pohuwato, tapi jarang. Ada dari Paguyaman Pantai, Boalemo dan di antara Marisa dan Popayato. Ada pulau di sana, susah sekali dapatnya, biasanya harus ditembak. Tapi orang di sana yang cari, bukan kami,” sebut Roy. Tim Zonautara.com telah mendatangi lokasi-lokasi yang disebut Roy dan bertemu dengan para pemburu. (Baca bagian 2 laporan ini).
Roy yang mengaku mulai berjualan sejak tahun 2006, belakangan diketahui juga merupakan salah satu bos besar dibalik rantai pasok dan perdagangan satwa liar yang masuk Sulut. Berdasarkan pengembangan penelusuran Tim Zonautara.com, dari pengakuan beberapa pedagang dan para pemerhati satwa di Tomohon, setidaknya ada 6 nama bos besar yang menjadi penampung.
“Kalau yang di sini (Tomohon) nomor satu paling besar bernama Sandra, kemudian Onal, ada Uce, Cung. Kalau Cung ini istrinya di pemerintahan. Lalu ada Roy, dan Joli. Di Amurang, ada Roni dan Frandly,” ucap sumber Zonautara.com yang meminta namanya tidak disebut.
Program Manager Animal Friends Manado Indonesia (AFMI), Frank Delano Manus mengatakan, banyak pihak yang terlibat dalam bisnis perdagangan ini. Ada pemburu atau penangkap, transporter, pengumpul di luar Sulut, penampung di Sulut (para bos besar) dan penjual di pasar.
Stanley alias Cipey yang telah berjualan kelelawar lebih dari 20 tahun di Pasar Tomohon juga mengakui bahwa suplai kelelawar saat ini telah didatangkan hingga dari Kalimantan. Ia yang ditemui pada 16 April 2022, sehari sebelum Perayaan Paskah, salah satu momentum teramai orang Minahasa mendatangi pasar, mengatakan bahwa kelelawar yang dia jual disuplai oleh Onal. Pada akhir 2021, dalam sembilan hari dia menggelar lapak, ada 1,5 ton kelelawar yang terjual.
“Kalau lagi ramai, sehari bisa 300 kilogram, ya sekitar 1000 ekor lebih. Harganya tergantung ukuran, Rp 50 ribu hingga Rp 60 ribu, atau ada juga Rp 100 ribu per 4 atau 5 ekor,” jelas Stanly di sela-sela melayani pembeli yang waktu itu sangat ramai.
Di waktu-waktu tertentu, seperti hari pengucapan syukur (semacam perayaan thanksgiving), perayaan Paskah, Natal dan Tahun Baru, Pasar Tomohon akan disesaki ribuan orang, yang pulang kampung merayakan hari besar bersama keluarga mereka. Begitu juga di pasar-pasar yang menjual satwa liar lainnya.
Kelelawar yang dijual oleh pedagang di pasar-pasar tradisional tersebut meski masih utuh satu badan, namun sudah dalam kondisi mati. Karena sejak dalam pengambilan dari pemburu maupun pengumpul di luar Sulut, kelelawar sengaja dimatikan. Untuk menghilangkan bulu pada badan kelelawar, pedagang membakarnya menggunakan blower api (fire gun). Sayap kelelawar dipisah dari badannya untuk mempermudah penghilangan bulu. Karena dibakar, badan kelelawar menjadi hitam. Lalu dipajang di lapak. Saat ada warga yang membeli, penjual seperti Stanly dan Roy akan membelah perut kelelawar saat itu juga, lantas memotong-motong sesuai keinginan pembeli.
Di supermarket, kemasan daging kelelawar lebih rapi. Ditaruh di atas styrofoam lantas dibungkus dengan plastik dan diletakkan di lemari pendingin. Dari penelitian yang dilakukan oleh Liana dan Winto dari Fakultas Kehutanan Universitas Andi Djemma Kota Palopo, setidaknya ada empat pasar modern/supermarket di Manado yang menjual daging satwa liar termasuk kelelawar, salah satunya Freshmart Bahu yang juga diamati oleh Tim Zonautara.com. Di supermarket harga kelelawar lebih mahal tiga kali lipat dari pasar tradisional.
Karena sudah dibakar saat dipajang di lapak, pembeli cenderung tidak tahu lagi kondisi daging kelelawar. Para penjual juga tidak memberi tahu asal kelelawar tersebut yang telah menempuh perjalanan pengangkutan yang panjang dan lama. Beberapa warga yang diwawancara Zonautara.com mengaku tidak tahu menahu bagaimana kelelawar bisa sampai di Pasar Tomohon. Yang mereka tahu, kelelawar yang dibeli berasal dari sekitar daerah Minahasa. Padahal dari penelusuran Tim Zonautara.com di beberapa daerah di Sulut yang menjadi sarang koloni kelelawar, mamalia terbang ini sudah tidak ada lagi. (Baca bagian 2 dari laporan ini).
Kepala Laboratorium Konservasi Keanekaragaman Hayati, Fakultas Pertanian, Universitas Sam Ratulangi Manado, Dr. John Tasirin, menjelaskan para pemakan daging satwa liar tidak mudah menyadari kerugian ekologis atau dampak bagi kesehatan. Karena baru terasa dalam jangka waktu yang lama. Jadi seolah semuanya terlihat baik-baik saja.
“Ada orangtua saya bilang, baik-baik saja makan kelelawar sedari kecil. Tapi ketika masuk usia 70 tahun mereka mulai mengalami lupa, atau orang sini sering bilang panyaki tua. Bisa jadi ini karena sering mengkonsumsi daging kelelawar, yang dapat membuat degradasi otak. Saya baca artikel penelitian di Hawaii yang bilang jika soft memori akan hilang, salah satunya karena akumulasi biomagnifikasi dari zat-zat yang bisa terkumpul dan bertumpuk dari daging satwa liar. Tapi mungkin dokter yang bisa menjelaskan secara rinci soal ini,” kata John.
John curiga, selama ini orang yang makan daging kelelawar atau satwa liar merasa sehat karena di Indonesia, terutama di Sulut, tidak pernah ada penelitian yang dilakukan seperti di Hawaii. Sehingga, semua penyakit yang diderita dianggap karena pengaruh usia.
Terpisah, dokter hewan di Dinas Pertanian Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Minahasa, drh Louis Kumaunang, mengatakan, banyak konsumen yang tidak peduli dan tidak percaya terhadap ancaman kesehatan.
Jika melihat buruknya penanganan daging sejak dari perburuan, pengangkutan hingga ke pasar, ia sangat yakin jika ancaman dan potensi zoonosis di Sulut sangat tinggi. Katanya lagi, banyak konsumen sudah tahu bahwa sebagian besar daging satwa liar yang mereka konsumsi sudah rusak, tapi bilang justru yang rusak itulah yang enak.
“Ya tinggal menunggu waktu,” ujar Louis.
Frank Delano Manus dari AFMI mengatakan bahwa konsumen perlu mengerti ancaman risiko dan kondisi kualitas daging yang mereka makan selama ini.
“Tidak mungkin para bos (penampung besar -red) makan daging yang sudah rusak itu. Mereka makan yang segar-segarlah, yang terjamin kebersihan dan kualitasnya,” ujar Frank.
Bersambung ke Bagian 2
Liputan ini didukung oleh Garda Animalia melalui Program Bela Satwa Project 2023. Neno Karlina Paputungan dan tim Zonautara.com menjadi salah satu penerima fellowship program ini, yang berupaya mengungkap kejahatan terhadap satwa liar Wallacea.