Mengurai hidrologi dan penggunaan lahan di Kotamobagu: Antara pertumbuhan dan ancaman bencana

Kombinasi perubahan hidrologi dan alih fungsi lahan di Kotamobagu dapat menjadi faktor utama penyebab bencana.

Ronny Adolof Buol
Editor: redaktur
Wilayah Kotamobagu dilihat dengan Google Earth.

ZONAUTARA.com – Kota Kotamobagu, Sulawesi Utara, dilanda bencana banjir dan longsor pada 30 Januari 2025. Banjir terjadi di wilayah Kotabangun yang meredam rumah warga serta menyeret satu korban jiwa yang hingga 6 Februari 2025 belum ditemukan.

Selain banjir, longsor juga terjadi di beberapa titik di wilayah Gogagoman. Kondisi ini mengindikasikan bahwa sistem tata kelola lingkungan, terutama terkait hidrologi dan penggunaan lahan di Kotamobagu, masih menghadapi tantangan besar.

Meningkatnya risiko bencana di Kotamobagu bukanlah tanpa sebab. Perubahan penggunaan lahan yang terus berlangsung serta kondisi hidrologi yang semakin terbebani menjadi dua faktor utama yang berkontribusi.

Artikel ini kami tulis untuk mengulas bagaimana posisi sungai, perubahan penggunaan lahan, dan kondisi air tanah di Kotamobagu dapat berdampak langsung pada risiko bencana yang dapat terus meningkat di masa depan.

Sungai di Kotamobagu: Sumber kehidupan yang berubah menjadi ancaman?

Sungai merupakan bagian integral dari sistem hidrologi Kota Kotamobagu. Dokumen riset yang ditulis oleh Chandra W Djufri, Dwight M Rondonuwu, Veronica A Kumurur yang terbit di Jurnal Lingkungan Binaan dan Arsitektur Program Studi Perencaaan Wilayah dan Kota, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik UNSRAT Manado, menyebut bahwa Kota Kotamobagu dilintasi beberapa sungai besar utama.

Beberapa sungai tersebut di antaranya Sungai Ongkag Mongondow dan Sungai Ongkag Dumoga yang bermuara di Inobonto. Selain itu, terdapat juga Sungai Dayanan, Sungai Moayat, Sungai Katulidan, Sungai Kotobangon, serta beberapa sungai kecil lainnya.

Dari sungai-sungai tersebut, kondisi Sungai Dayanan menjadi perhatian utama karena melintasi lima kelurahan, yaitu Kelurahan Upai, Biga, Kotamobagu, Gogagoman, Molinow, dan Mongkonai.

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Kotamobagu, pusat kegiatan kota di Kecamatan Kotamobagu Barat berada di Kelurahan Gogagoman, Kotamobagu, Kotobangon, dan Mogolaing.

Sungai Dayanan sendiri mengalir melewati tiga kelurahan yang menjadi bagian dari pusat kegiatan kota, yaitu Kelurahan Gogagoman, Kotamobagu, dan Mogolaing. Oleh karena itu, riset para dosen di UNSRAT dengan judul Perubahan Pemanfaatan Ruang Kawasan Sempadan Sungai Pada Wilayah Pusat Kegiatan Kota Di Kecamatan Kotamobagu Barat Kota Kotamobagu ini menyoroti perubahan pemanfaatan ruang di kawasan sempadan sungai guna memastikan keseimbangan antara pembangunan dan keberlanjutan lingkungan.

Sungai-sungai ini sejatinya berperan sebagai penyalur air hujan ke daerah hilir serta sumber air bagi masyarakat. Namun, akibat dari perubahan tata guna lahan, daya resap air semakin menurun.

Pengalihan lahan dari hutan dan sawah menjadi permukiman menyebabkan peningkatan run-off air hujan yang mempercepat aliran air ke sungai, sehingga meningkatkan risiko banjir, terutama di daerah yang memiliki kapasitas drainase yang buruk, seperti Kotabangun.

Namun akademisi Universitas Sam Ratulagi Manado, Prof. Dr. Ir. Rignolda Djamaluddin, MSc, saat dihubungi Zonautara pada 4 Februari 2025, mengatakan bahwa letak Kotamobagu yang berada di dataran tinggi, seharusnya bisa mengelola sistem hidrologi dengan mudah.

Daftar Sungai di Kotamobagu

KecamatanNama SungaiPanjang (m)
Kotamobagu UtaraBilalang13.200
Kotamobagu UtaraDayanan10.300
Kotamobagu UtaraKotobangon10.500
Kotamobagu SelatanYantaton13.000
Kotamobagu SelatanKopek15.000
Kotamobagu SelatanBonodon13.000
Kotamobagu TimurYoyak13.000
Kotamobagu TimurMotoboi Besar13.500
Kotamobagu BaratMongkonai20.000

Meskipun sungai-sungai ini masih berfungsi sebagai sumber air, tanpa pengelolaan yang baik, mereka juga dapat menjadi ancaman serius bagi masyarakat.

Mengurai hidrologi dan penggunaan lahan di Kotamobagu: Antara pertumbuhan dan ancaman bencana
Peta Daerah Aliran Sungai Kota Kotamobagu (Sumber: Buku Analisis Strategi Smart City Kota Kotamobagu 2024)

Alih fungsi lahan: sebuah ancaman nyata

Salah satu penyebab utama meningkatnya risiko banjir dan longsor adalah perubahan penggunaan lahan yang drastis. Kota Kotamobagu mengalami pertumbuhan pesat dalam beberapa dekade terakhir, dan ini berdampak pada konversi lahan dari pertanian dan hutan menjadi permukiman dan area komersial.

Distribusi penggunaan lahan di Kotamobagu (2018)

Jenis Penutup LahanLuas (Ha)
Sawah1.322,01
Permukiman1.216,02
Ruang Terbuka Hijau1.744,00
Perkebunan1.201,62
Fungsi Lindung1.136,56
Jasa/Perdagangan176,25
Industri10,00

Sementara itu, tren perubahan penggunaan lahan juga menunjukkan pengurangan lahan sawah dari 1.856 Ha pada tahun 2009 menjadi hanya 1.697 Ha pada 2019. Sebaliknya, luas permukiman meningkat signifikan dari 1.043 Ha menjadi 1.220 Ha dalam periode yang sama.

Kondisi ini menggambarkan laju urbanisasi yang cepat di Kotamobagu. Namun, jika tidak diimbangi dengan perencanaan tata ruang yang baik, fenomena ini dapat memperburuk dampak bencana yang terjadi.

Mengurai hidrologi dan penggunaan lahan di Kotamobagu: Antara pertumbuhan dan ancaman bencana
Peta Penggunaan Lahan di Kota Kotamobagu 2019 (Sumber: Buku Analisis Strategi Smart City Kota Kotamobagu 2024)

Rignolda menyarankan Pemerintah Kota Kotamobagu mengevaluasi pemanfaatan ruang sekarang dan merencanakan kembali tata ruang ke depan. Ia khawatir kawasan tangkapan air hujan, titik-titik rawan longsor, dan daerah aliran sungai telah berubah atau terlanjur salah peruntukan.

“Olehnya, kedepan alih fungsi lahan itu, harus diatur dengan sangat baik dan wajib diteliti kembali,” jelas Rignolda.

Dampak langsung perubahan lahan terhadap bencana

Alih fungsi lahan tidak hanya menyebabkan berkurangnya daerah resapan air, tetapi juga meningkatkan ketidakstabilan tanah, terutama di wilayah dengan kemiringan curam seperti Gogagoman. Saat hujan deras turun, tanah yang tidak memiliki vegetasi penyangga lebih mudah mengalami erosi dan longsor.

Di sisi lain, daerah seperti Kotabangun, yang memiliki jaringan drainase yang buruk, sangat rentan terhadap banjir akibat kapasitas infiltrasi yang rendah. Sungai yang penuh dengan sedimentasi semakin memperparah situasi, membuat air lebih cepat meluap ke pemukiman warga.

Mengurai hidrologi dan penggunaan lahan di Kotamobagu: Antara pertumbuhan dan ancaman bencana

Mencari solusi: langkah yang perlu diambil

Jika tidak ada tindakan nyata, bencana di Kotamobagu hanya akan semakin parah di masa mendatang. Berikut adalah beberapa solusi yang dapat dilakukan:

  1. Penguatan ruang terbuka hijau
    • Memastikan ruang terbuka hijau tetap terjaga sebagai daerah resapan air.
    • Menanam kembali vegetasi di area yang mengalami degradasi tanah.
  2. Normalisasi dan rehabilitasi sungai
    • Mengurangi sedimentasi sungai agar daya tampungnya meningkat.
    • Memastikan daerah bantaran sungai tidak dipenuhi oleh pemukiman liar.
  3. Perencanaan tata ruang berbasis risiko
    • Mengalokasikan zona permukiman dengan mempertimbangkan faktor bencana.
    • Membatasi alih fungsi lahan pertanian dan hutan.
  4. Peningkatan sistem drainase kota
    • Membangun infrastruktur drainase yang mampu menampung limpasan air lebih baik.
    • Menerapkan sistem peringatan dini berbasis cuaca dan kondisi hidrologi.

Banjir di Kotabangun dan longsor di Gogagoman bukanlah peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba. Kombinasi dari perubahan hidrologi dan alih fungsi lahan menjadi faktor utama penyebab bencana ini. Tanpa langkah konkret dalam mitigasi dan pengelolaan lingkungan yang lebih baik, Kotamobagu akan terus menghadapi ancaman bencana yang semakin serius.

Saat ini, keputusan ada di tangan pemerintah dan masyarakat. Apakah Kotamobagu akan terus berkembang tanpa perencanaan yang matang dan menghadapi bencana lebih besar, atau mulai membangun solusi yang berkelanjutan? Jawabannya ada pada tindakan kita hari ini.

Bekerja sebagai jurnalis lebih dari 20 tahun terakhir. Sebelum mendirikan Zonautara.com bekerja selama 8 tahun di Kompas.com. Selain menjadi jurnalis juga menjadi trainer untuk digital security, literasi digital, cek fakta dan trainer jurnalistik.


Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat



1 Comment

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com