ZONAUTARA.com – Saat ini, kita memasuki era di mana kenyataan dan kebohongan semakin sulit dibedakan. Teknologi deepfake, yang awalnya hanya dianggap sebagai hiburan di internet, kini berkembang menjadi alat yang dapat mengguncang dunia keuangan, politik, bahkan keamanan global.
Tahun 2025 akan menjadi tahun yang menentukan: apakah kita mampu mengendalikan AI, atau justru kita yang akan dikendalikan olehnya?
AI: antara keajaiban dan bencana
Kecerdasan buatan (AI) telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Teknologi ini telah memberikan manfaat luar biasa, mulai dari mempercepat proses kreatif hingga membantu dunia medis. Namun, ada sisi gelap yang semakin mengancam: deepfake.
Deepfake, teknologi yang menggunakan AI untuk menciptakan gambar, video, dan suara yang sangat realistis, kini berkembang begitu cepat.
Jika dulu butuh waktu berhari-hari untuk membuat satu video deepfake berkualitas tinggi, kini teknologi ini sudah bisa berjalan secara real-time.
Artinya, seseorang bisa berpura-pura menjadi orang lain dalam video call, meniru suara, bahkan memalsukan dokumen penting tanpa kesulitan.
Laporan terbaru dari Hive tentang deepfake mengungkapkan bahwa teknologi ini telah digunakan untuk berbagai kejahatan, termasuk penipuan keuangan, serangan siber, dan manipulasi politik.
Berikut beberapa ancaman besar yang diprediksi akan semakin marak di tahun 2025:
1. Kejahatan keuangan yang sulit dideteksi
Deepfake dapat digunakan untuk menipu bank dan perusahaan besar. Bayangkan seorang CEO perusahaan besar melakukan panggilan video dengan departemen keuangan dan meminta transfer dana sebesar $25 juta.
Yang tidak diketahui oleh karyawan adalah bahwa CEO tersebut hanyalah deepfake, dikendalikan oleh penipu. Kasus seperti ini sudah terjadi, dan diperkirakan akan semakin sering terjadi di masa depan.
2. Manipulasi politik dan disinformasi
Di tahun 2024, beberapa politisi dunia sudah menjadi korban deepfake yang menyebarkan informasi palsu. Salah satu kasus yang mengejutkan adalah video deepfake yang memperlihatkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyerah kepada Rusia—padahal itu tidak pernah terjadi!
Tahun 2025 diperkirakan akan menjadi tahun yang lebih berbahaya, di mana deepfake akan digunakan untuk merusak reputasi politikus, mengganggu pemilu, bahkan memicu konflik internasional.
3. Ancaman keamanan nasional
Deepfake juga menjadi senjata baru dalam perang siber. Bayangkan jika seseorang bisa memalsukan identitas seorang pejabat militer dan memberikan perintah berbahaya kepada pasukan di lapangan.
Atau jika deepfake digunakan untuk menipu petugas darurat, mengarahkan mereka ke lokasi yang salah saat terjadi bencana.
Tahun 2025 diprediksi akan menjadi era di mana deepfake tidak hanya digunakan untuk kepentingan kriminal biasa, tetapi juga sebagai alat propaganda dan spionase.
4. Pelecehan dan penyalahgunaan identitas
Tidak hanya selebriti yang menjadi korban deepfake. Siapa pun bisa menjadi target. AI kini mampu membuat video dan foto palsu dari seseorang dengan sangat realistis.
Kasus seperti gambar palsu Taylor Swift yang tersebar luas pada awal 2024 adalah bukti bahwa ancaman ini nyata.
Dengan semakin canggihnya teknologi ini, siapa pun bisa menjadi korban, termasuk orang biasa yang tidak menyangka wajahnya bisa digunakan dalam video yang tidak senonoh.
Apa yang akan terjadi selanjutnya?
Melihat tren yang ada, dunia tidak bisa tinggal diam. Berbagai langkah mulai diambil untuk mengatasi ancaman ini:
1. Teknologi deteksi deepfake
Para peneliti dan perusahaan AI kini berlomba-lomba menciptakan sistem deteksi deepfake yang lebih canggih. Sayangnya, untuk setiap teknologi pendeteksi yang diciptakan, ada teknologi deepfake baru yang lebih canggih. Ini seperti perang tanpa akhir antara pembuat deepfake dan mereka yang mencoba menghentikannya.
2. Regulasi yang lebih ketat
Beberapa negara mulai membuat undang-undang untuk melarang penggunaan deepfake dalam konteks kriminal. Di Amerika Serikat dan Uni Eropa, aturan baru mulai diberlakukan untuk mengharuskan konten AI diberi label atau tanda khusus. Namun, apakah aturan ini bisa benar-benar mencegah penyalahgunaan deepfake? Ini masih menjadi tanda tanya besar.
3. Edukasi publik
Seperti halnya kita belajar untuk mengenali email phishing dan scam online, masyarakat harus mulai belajar mengenali deepfake. Tidak semua orang bisa membedakan mana video asli dan mana yang telah dimanipulasi AI. Oleh karena itu, kesadaran akan bahaya deepfake perlu ditingkatkan agar masyarakat tidak mudah tertipu oleh informasi palsu.
Apakah kita siap?
Tahun 2025 akan menjadi tahun krusial bagi AI dan deepfake. Di satu sisi, AI membawa inovasi luar biasa yang bisa mengubah dunia menjadi tempat yang lebih baik. Namun, di sisi lain, teknologi ini juga membawa ancaman yang bisa merusak tatanan sosial, ekonomi, dan politik global.
Pertanyaannya sekarang: Apakah kita siap? Apakah regulasi, teknologi deteksi, dan kesadaran masyarakat bisa mengejar kecepatan perkembangan deepfake? Ataukah kita akan melihat lebih banyak kasus penipuan, manipulasi, dan kejahatan berbasis AI di tahun-tahun mendatang?
Satu hal yang pasti, AI bukan lagi teknologi masa depan—ia sudah ada di sini, dan kita harus siap menghadapinya.