ZONAUTARA.com – Kota Manado sebagai ibu kota Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), saat ini tengah menghadapi situasi darurat akibat banjir dan juga tanah longsor yang melanda beberapa wilayah. Hujan deras yang mengguyur sejak Jumat, (21/3/2025), telah menyebabkan luapan air di sejumlah sungai besar yang mengalir melalui kota ini, mengakibatkan kerusakan signifikan dan ada korban jiwa.
Sungai di Manado
Manado dikelilingi oleh beberapa sungai besar yang berperan penting dalam sistem hidrologi kota, yaitu:
- Sungai Tondano: Berasal dari Danau Tondano dan Gunung Klabat, sungai ini merupakan nadi utama yang membelah Kota Manado. Pada musim hujan, Sungai Tondano sering meluap, terutama jika terjadi penyempitan aliran atau “leher botol” di bagian hilirnya, yang menghambat aliran air dan memicu banjir.
- Sungai Tikala: Merupakan anak Sungai Tondano dengan panjang sekitar 23,6 km. Sungai ini melintasi Kota Manado dan sering menyebabkan banjir yang menggenangi kawasan permukiman serta sarana/prasarana umum lainnya saat musim penghujan.
- Sungai Sario: Hulunya berada di Gunung Mahawu di Tomohon. Sungai ini sering mengalami kejadian banjir berulang karena kapasitas tampungnya tidak mampu menampung debit banjir yang besar.
- Sungai Malalayang: Berasal dari Gunung Mahawu dan Gunung Lokon.
- Sungai Bailang dan anak Sungai Mahawu: Sungai-sungai ini juga berkontribusi terhadap aliran air di wilayah Manado.
Pada saat ini, semua sungai tersebut secara serentak mengirimkan air hujan dari hulu ke hilir. Jika hujan merata terjadi dari hulu hingga hilir, ditambah dengan kondisi laut yang mengalami pasang naik, risiko banjir di Manado meningkat secara signifikan.

Situasi terkini banjir di Manado
Hujan deras yang berlangsung sejak Jumat, (21/3, telah menyebabkan banjir dan tanah longsor di beberapa wilayah Manado. Ratusan rumah warga terdampak, dan seorang warga bernama Arnold Robert Mamahit (76) meninggal dunia akibat tertimpa material longsor di rumahnya di Kelurahan Malendeng Lingkungan 6, Kecamatan Tikala.
Selain itu, banjir juga melanda empat kelurahan di empat kecamatan lainnya, menyebabkan kerusakan infrastruktur dan memaksa evakuasi warga, termasuk anak-anak, balita, dan lansia. Kondisi ini diperparah dengan padamnya listrik di beberapa wilayah, sehingga menambah kesulitan bagi warga yang terdampak.
Reporter Zonautara.com yang hingga Sabtu (22/3) malam melaporkan, Tim SAR Gabungan masih terus bekerja memberi bantuan bagi evakuasi warga yang terjebak di rumah mereka. Di beberapa wilayah banjir masih tinggi.
Dugaan faktor penyebab banjir
Beberapa faktor yang diduga berkontribusi terhadap banjir di Manado antara lain:
- Pendangkalan sungai dan drainase: Penumpukan sedimen dan sampah di sungai serta sistem drainase yang tidak optimal menyebabkan aliran air terhambat, sehingga air meluap ke permukiman saat hujan deras.
- Kurangnya saerah resapan air: Alih fungsi lahan dan urbanisasi yang pesat mengurangi area resapan air alami, meningkatkan volume air permukaan yang mengalir ke sungai.
- Perubahan penggunaan lahan di daerah hulu: Deforestasi dan perubahan penggunaan lahan di daerah hulu mengurangi kemampuan tanah menyerap air, meningkatkan aliran permukaan yang menuju ke sungai-sungai di Manado.

Bendungan Kuwil capai kapasitas maksimal
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mengurangi risiko banjir di Manado, termasuk pembangunan infrastruktur pengendali banjir seperti Bendungan Kuwil Kawangkoan. Bendungan ini dirancang untuk menahan volume air hingga 2,3 juta meter kubik, yang diharapkan dapat mengurangi debit air yang masuk ke Kota Manado melalui Sungai Tondano dan Sungai Tikala.
Namun kondisi terkini Bendungan Kuwil Kawangkoan, yang berfungsi sebagai pengendali banjir bagi Sungai Tondano, telah mencapai kapasitas maksimum dan melakukan spill out sejak tadi Jumat malam pukul 22.08 WITA.
Berdasarkan informasi dari Balai Wilayah Sungai (BWS) Sulawesi I, tampungan air Bendungan Kuwil telah menyentuh batas maksimal 26,89 juta m³ pada elevasi +100,2 dpl. Dengan kondisi ini, air dari hulu Sungai Tondano terus masuk sebagai inflow ke bendungan, sehingga otomatis meluap melalui spillway dan kembali mengalir ke Sungai Tondano hingga bermuara di Teluk Manado.
Kepala Bapelitbangda Kota Manado, Liny Tambajong, menyampaikan bahwa dari lima sungai besar yang mengalir ke Manado, hanya Sungai Tondano yang memiliki bangunan pengendali banjir, yaitu Bendungan Kuwil. Namun, dengan kondisi bendungan yang sudah penuh, aliran air yang tidak tertampung otomatis akan mengalir ke hilir.
“Sepanjang Sungai Tondano melewati alurnya dan ada bangunan yang menghalangi, maka semakin besar kawasan yang terdampak banjir. Apalagi jika air pasang laut naik bersamaan, arus sungai bisa terhambat untuk bermuara ke laut dan malah berbalik ke darat, memperparah banjir di Manado,” ujar Tambajong kepada Zonautara.com
Ia juga menyoroti faktor-faktor lain yang memperparah banjir di kota ini, seperti alih fungsi lahan di hulu, ekspansi permukiman di sepanjang garis sepadan sungai, serta urbanisasi yang menyebabkan sungai tidak bisa mengalir lancar.
“Kalau tidak ada bangunan di sepanjang aliran sungai, tidak akan ada banjir. Air selalu mencari jalannya,” tambahnya.
BWS Sulawesi I mengimbau warga yang tinggal di sepanjang aliran Sungai Tondano untuk tetap SIAGA, mengingat curah hujan di wilayah hulu, terutama di daerah tangkapan air (Catchment Area) Bendungan Kuwil, masih berpotensi tinggi. Masyarakat diminta untuk terus memantau perkembangan cuaca dan segera mengungsi jika kondisi semakin memburuk.
Waspada ancaman banjir serentak dari 5 sungai besar
Selain Sungai Tondano, Kota Manado juga dikepung oleh empat sungai besar lainnya, yaitu Sungai Bailang, Sungai Tikala, Sungai Sario, dan Sungai Malalayang. Kelima sungai ini saat ini serentak mengalirkan air hujan dari hulu menuju Manado. Jika kondisi hujan terus berlanjut dan air pasang naik di laut, risiko banjir akan semakin besar.
Pemerintah Kota Manado dan instansi terkait terus memantau situasi serta bersiap untuk tindakan darurat guna meminimalkan dampak bencana bagi warga.
