ZONAUTARA.com – Umat manusia disarankan untuk meninggalkan Bumi dan memulai peradaban baru di planet lain. Inilah saran Stephen Hawking yang mengejutkan dunia. Menurut fisikawan dan kosmolog ini, rentang 100 tahun ke depan bisa jadi masa yang paling berbahaya dari planet Bumi akibat perang nuklir, wabah virus buatan, pemanasan global, hantaman asteroid, dan populasi yang berlebihan.
Dilahirkan dengan nama lengkap Stephen William Hawking pada Januari 1942 di Oxford, Inggris. Stephen tumbuh besar dekat Kota London dan meraih gelar Bachelor dari Oxford University pada 1962 dengan predikat terbaik. Gelar doktornya diraih di Universitas Cambridge pada bidang fisika teoritis di bawah bimbingan Dennis Sciama. Ia merupakan fisikawan yang brilian dan produktif. Ia pernah menjabat Lucassian Professor of Mathematics di Cambridge pada 1979, suatu posisi yang hanya pernah diraih orang-orang sekelas Isaac Newton dan Paul Dirac.
Sejak tahun 1960, dia menderita penyakit Amyotropic Lateral Sclerosis (ALS) yang membuatnya duduk di kursi roda hingga kini tanpa bisa bergerak sedikitpun. Penyakitnya bermula pada suatu malam di musim semi 1962. Ketika itu dia kesulitan mengikat tali sepatu yang membuatnya sadar ada sesuatu yang salah dengan tubuhnya.
ALS juga dikenal sebagai penyakit Lou Gehrig atau penyakit motor neuron (MND), penyakit yang mempengaruhi sel-sel saraf di otak dan sumsum tulang belakang yang menyebabkan kelemahan otot dan atrofi serta kematian neuron motorik. Akibatnya, penderitanya kehilangan kemampuan untuk mengendalikan gerakan otot dan tidak bisa menggerakkan anggota-anggota gerak tubuhnya.
Dalam Return of The Time Lord, The Guardian, Stephen mengungkapkan tentang kondisi cacatnya.
“Bagi saya, marah pada cacat yang kuderita hanya membuang-buang waktu. Kita harus melanjutkan hidup ini dan saya berusaha untuk tidak marah. Orang-orang tidak akan mau menyisihkan waktu untuk Anda jika Anda selalu marah atau mengeluh,” ujarnya.
Di luar permasalahan tubuhnya itu, otak Stephen tetap tidak terpengaruh dan justru kian brilian. Sebagai Direktur Penelitian The Centre for Theoretical Cosmology di Universitas Cambridge, Stephen sering kali menarik perhatian dengan pernyataan-pernyataannya yang kontroversial.
Penemu teori Black Hole ini dalam bukunya The Grand Design mengatakan, Tuhan tidak ada hubungannya dengan penciptaan alam semesta. Alasannya, karena ada hukum alam, seperti gravitasi, sehingga alam semesta bisa mencipta dirinya sendiri. Menurut Stephen, proses terciptanya alam semesta sebagaimana teori big bang atau dentuman besar adalah hasil yang tak terelakkan dari proses fisika.
“Saat orang bertanya apakah Tuhan menciptakan alam semesta, saya mengatakan bahwa pertanyaan itu tak masuk akal. Waktu tak eksis sebelum big bang, jadi tak ada waktu bagi Tuhan untuk menciptakan semesta,” kata Stephen.
Dalam ringkasan bukunya yang dimuat di harian Inggris, The Times, dan juga dimuat di laman New York Daily News, Stephen kembali menulis penegasannya bahwa tidak perlu melibatkan Tuhan untuk menyalakan kertas biru dan menggerakkan alam semesta.
“Karena ada hukum seperti gravitasi, alam semesta bisa dan akan mencipta dirinya sendiri,” tulisnya.
Pernah ia ditanya tentang cara rekonsiliasi sains dan agama. Ia justru mengatakan bahwa ada perbedaan mendasar antara agama yang berbasis kekuasaan dan sains yang berbasis observasi.
“Sains akan menang karena bisa bekerja,” tegasnya.
Editor: Rahadih Gedoan