ZONAUTARA.com – Pergerakan kaum radikalis di negara tetangga Philipina terus saja tersudut.. Setelah Presiden Rodrigo Duterte pada Selasa (17/10/2017) mendeklarasikan Marawi telah bebas dari ISIS setelah berhasil menewaskan Isnilon Hapilon, pemimpin Abu Sayyaf yang dianggap sebagai emir ISIS di Asia Tenggara dan Omarkhayam Maute, pemimpin kelompok militan Maute yang berafiliasi dengan ISIS, pihak aparat keamanan juga menangkap semua orang yang terlibat dalam gerakan yang berafiliasi dengan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) tersebut.
Satu di antaranya adalah Karen Aizha Hamidon, istri Mohammad Jaafar Maguid alias Tokboy yang merupakan mantan pemimpin kelompok ekstremis kecil di Mindanao, yang kerap merekrut militan untuk bergabung dengan grup afiliasi ISIS di Marawi.
Menteri Kehakiman Philipina, Vitiliano Aguirre, mengatakan bahwa Karen ditangkap oleh agen khusus di rumahnya di Manila atas tuduhan menghasut pemberontakan. Karen dituduh sering memanfaatkan media sosial dan pesan instan untuk mengajak warga asing bergabung dengan aliansi pemberontak yang berafiliasi ISIS di Philipina demi menguasai Marawi.
Sebagaimana yang diberitakan CNN, agen khusus menemukan sekitar 296 percakapan dalam Telegram dan WhatsApp pada ponsel Karen, berisikan ajakan kepada seluruh Muslim di Philipina, India, dan Singapura untuk datang ke Marawi demi mendirikan negara ISIS. Aparat juga menemukan sekitar 250 nama, yang sebagian besar diduga warga asing, dalam kontak ponsel Hamidon. Ratusan nama tersebut dicurigai sebagai simpatisan ISIS.
Karen yang mengenakan burqa hitam diarak ke depan awak media dalam suatu jumpa pers oleh aparat pada Kamis (19/10/2017) namun tak diizinkan untuk berbicara. Dalam kesempatan tersebut, laptop, ponsel, dan sejumlah gadget elektronik lain milik Karen ikut ditunjukkan penyedik sebagai bukti yang bisa membantu penyelidikan forensik.
Vitiliano menuturkan, Karen dan mantan suaminya itu terlibat dengan kelompok ekstremis di Singapura dan Australia. Vitiliano menganggap penangkapan Karen sebagai hasil jerih payah pemerintah dalam memberangus terorisme di Philipina.
“Ini perkembangan yang disambut baik dalam perang melawan terorisme,” kata Vitiliano.
Di sisi lain, pengamat terorisme Sidney Jones menganggap penangkapan Karen tak berpengaruh besar terhadap aktivitas terorisme di negara Asia Tenggara itu. Sidney menganggap kredibilitas Karen sebagai perekrut telah diragukan dalam komunitas teroris di kawasan, terutama Philipina. Beberapa pihak, tuturnya, bahkan menyalahkan Karen akibat adanya penangkapan petinggi-petinggi ISIS di Philipina.
“Semua orang membenci Hamidon dan mengira dia itu mata-mata,” papar Sidney seperti dikutip Reuters.
Editor: Rahadih Gedoan