ZONAUTARA.comĀ – Sekembalinya dari sebuah journalist trip di Desa Pulutan, Kabupaten Minahasa, Sabtu (16/11/2017), Ronny Adolof Buol, Pemimpin Redaksi Zona Utara, tiba-tiba menyodorkan pertanyaan membingungkan seisi mobil.
āBH itu kepanjangan dari apa? Kenapa bisa disebut BH dan bagaimana sejarahnya sampai di Indonesia?ā
Isi mobil yang terdiri tiga laki-laki dan satu perempuan itu spontan terdiam, tak bisa langsung menjawab. Apalagi bagi kaum laki-laki, pertanyaan tersebut mirip rumus kimia yang rumit dan sulit dimengerti oleh orang yang tak paham kimia.
Kata BH yang dikenal sekarang ternyata berasal dari bahasa Belanda bustehouder yang berarti penyangga payudara. Dari situlah singkatan BH diambil. Selain BH atau kadang disebut beha, kita juga mengenal kata bra dan kutang yang merujuk pada objek yang sama.
Bra dan kutang keduanya berasal dari bahasa Perancis. Bra sendiri disingkat dari kata brassiere sedangkan kutang berasal dari coƻtant yang berubah jadi kutang. Kata brassiere pertama digunakan oleh majalah Vogue pada 1907. Perempuan di masa itu telah menutup payudaranya meski kebiasaan ini sempat hilang ketika Perang dunia I.
Remy Sylado menggambarkan dalam novel Pangeran Diponegoro: Menggagas Ratu Adil (2007), bagaimana wanita Indonesia mengenal bra dengan kata kutang. Tahun 1808, bangsawan berdarah Spanyol-Perancis, bernama Don Lopez Comte de Paris, melihat perempuan Jawa yang ikut membangun jalan raya pos Anyer Panarukan hanya memakai pakaian yang menutup bagian bawah tubuh mereka saja. Dada mereka terlihat. Don Lopez lalu memberi sebuah kain pada perempuan pribumi yang tercantik di antara mereka dan menyuruhnya agar menutup bagian berharga di atas perut itu.
āCoĆ»tant! CoĆ»tant!ā perintah Don Lopez. Dalam bahasa Perancis, coutant diartikan sebagai āberhargaā.
Kata tersebut dalam lidah orang Indonesia menjelma jadi kutang. Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan definisi sebagai pakaian dalam wanita untuk menutupi payudara terdiri atas kain berbentuk mangkuk, tali bahu, ban kerut untuk menyanggah dada.
Menelisik jejak penggunaannya, ternyata telah digunakan sejak abad ke-3 di kalangan bangsa Romawi. Para perempuan Romawi kala itu membebatkan semacam perban untuk membungkus dada mereka saat berolahraga.
Sedangkan bentuk bra yang dikenal seperti sekarang, diluncurkan kali pertama di Paris, Prancis, tahun 1889, oleh seorang pengusaha pakaian bernama Herminie Cardolle. Ia mendesain bra modern itu menyerupai korset, pendahulu bra. Hanya saja bedanya, Cardolle membagi pakaian dalam perempuan itu menjadi dua bagian, perut dan dada.
Di Indonesia, menutup payudara ini belum menjadi kebiasaan pada awal abad ke-19 hingga kemudian Belanda datang dan memperkenalkan penggunaan BH.
Editor: Rahadih Gedoan