MANADO, ZONAUTARA.com – Akhir tahun 2018 ini pengusaha Jepang diam-diam melirik keberadaan Abaka di Kabupaten Kepulauan Talaud. Mereka tertarik budidaya tanaman bahan baku dolar tersebut karena menemukan varietas endemik yang tumbuh subur terutama di wilayah Essang.
Selain karena temuan varietas endemik yang dinilai menghasilkan serat berkualitas tinggi, para pengusaha juga terdorong krisis pasokan bagi perusahaan kertas di Negeri Matahari Terbit setiap bulan.
Ryo Tanabe, pengusaha Jepang, ketika diwawancarai wartawan Zona Utara, Rabu (12/12/1018), di Kota Manado, mengatakan perusahaannya kekurangan bahan baku serat Abaka kurang-lebih 50 ton setiap bulan.
“Selama ini dipasok dari Philipina, Ekuador, dan Kosta Rika yang hanya memberikan 250 ton dari total 300 ton kebutuhan serat Abaka di perusahaan kami,” kata Ryo dalam bahasa Indonesia yang fasih.
Harga serat Abaka, imbuh Ryo, disesuaikan klasifikasi grade. Ada grade 1, grade 2, grade 3, dan grade 4. Mereka akan membeli dari petani dengan standar harga internasional.
“Untuk yang grade 1, atau yang paling tinggi, dihargai Rp 21.000 per kilogram,” ujarnya.
Engli Maarontong, warga Essang, menyambut baik animo Jepang yang ingin memborong serat Abaka di Talaud setiap bulan. Menurutnya, ke depan nasib petani Abaka akan bisa lebih baik lagi.
“Bila banyak perusahaan yang melirik serat Abaka di Talaud maka akan terjadi persaingan harga. Dan hal itu akan menimbulkan dampak positif, yaitu mendongkrak taraf hidup petani lokal,” ujar Engli.
Tokoh masyarakat Talaud, Herkanus Tumbal, mengatakan bahwa wajar saja bila permintaan serat Abaka dari perusahaan kertas meningkat mengingat setiap hari produk turunan serat Abaka dibutuhkan semua orang di dunia.
“Banyak kegunaan serat Abaka. Misalnya, bisa digunakan untuk handicraft, tekstil, industri kapal laut, dan industri pesawat terbang. Serat optik juga membutuhkan Abaka agar tidak mudah putus,” kata Herkanus.
Di Philipina, tambahnya, Mercedes sebagai perusahaan yang paling besar memroduksi serat Abaka untuk jok mobil, dashboard mobil, dan banyak lagi.
“Soal kualitas tinggi Abaka endemik di Talaud itu benar. Kini sedang diteliti Badan Penelitian Tanaman Serat Malang. Kualitas seratnya merupakan terbaik dunia. Anehnya, tanaman yang sama bila ditanam di daerah lain akan menurun kualitas seratnya,” ujar Herkanus.
Editor: Rahadih Gedoan