MANADO, ZONAUTARA.com – Sebuah kasus pembunuhan yang menggemparkan kembali terjadi. Korbannya adalah Sisca Icun Sulastri (34). Korban ditemukan tewas tanpa busana di Apartemen Kebagusan City pada Selasa (18/12/2018).
Polisi yang bergerak cepat melakukan penyidikan telah menangkap pelakunya kurang dari dua hari. Hidayat (22), terduga pelaku pembunuhan itu ditangkap di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan oleh tim Sat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan.
Pria yang sehari-hari bekerja sebagai petugas cleaning service ini, kepada polisi mengakui perbuatannya. Dia menghabisi korban gegara tidak dibayar sebesar Rp 2 juta sebagaimana yang dijanjikan Sisca.
Menurutnya, dia dan korban sepakat tarif sebesar itu untuk melayani kencan sisca. Sebelumnya baik korban maupun pelaku tidak saling kenal. Mereka baru berkenalan lewat aplikasi chating MiChat.
Lewat aplikasi itu, korban meminta Hidayat menemaninya. Hidayat sepakat dengan tarif yang dijanjikan sebesar Rp 2 juta. Lewat rekaman CCTV, pada Minggyu (16/12) Sisca menjemput seorang lelaki di lobby apartemen.
Mereka kemudian masuk kamar. Sekitar 45 menit kemudian, pria dalam rekaman itu, keluar sendirian. Pria itu adalah Hidayat, si terduga yang mengunci kamar dan membawa serta kuncinya.
Dari olah tempat kejadian perkara, polisi menemukan empat bekas tusukan senjata tajam di tubuh Sisca. Pelaku juga diduga menjerat leher Sisca untuk memastikan korban sudah tewas.
Aplkasi Chatting
Penuturan Hidayat soal Sisca yang mengajaknya kencan masih didalami oleh polisi. Pasalnya, dari rekaman CCTV, bukan hanya Hidayat yang dijemput Sisca di lobby. Sebelumya beberapa pria bergantian masuk kamar korban.
Tidak menutup kemungkinan, korban adalah pekerja sex yang menjajakan jasanya lewat aplkasi chatting. Beberapa tahun terakhir ini, memang marak berbagai aplikasi chatting online dipakai pekerja sex menggaet tamunya.
MiChat yang digunakan korban dan pelaku adalah salah satunya. Di aplkasi ini, para pekerja sex terang-terangan menjajakan dirinya. Mereka memasang status yang berupa kode bagi laki-laki yang memerlukan layanan sex.
Kode status itu misalnya, “menerima BO”, “stay”, “open BO”, dan beberapa kode status lainnya. Bahkan ada account MiChat di Manado terang-terangan menuliskan status “500rb yang mau pake kondom merapat”.
Salah satu pengguna MiChat mengaku, dengan aplkasi itu dia bisa tahu apakah account yang disasar benar-benar berada di area Manado. Pasalnya, MiChat punya fasilitas People Nearby yang bica mencari pengguna yang sama dalam radius terdekat.
Baca juga: Umbar foto vulgar, PSK di Manado manfaatkan aplikasi online untuk cari tamu
Di MiChat juga menurutnya, dia bisa menyembunyikan identitas tanpa perlu diketahui oleh pengguna lain secara detil. Misalnya di MiChat tidak akan tercantum nomor telepon, seperti di WhatApp.
Selain MiChat, para pekerja sex juga kerap menggunakan aplikasi BeeTalk yang punya kemampuan yang mirip dengan MiChat dalam hal mengetahui lokasi pengguna. Juga ada Line dan WeChat
Idn Times menulis setidaknya ada tujuh aplikasi chatting mobile juga yang rentan disalahgunakan karena kemampuannya menyembunyikan identitas.
Ketujuh aplikasi lain itu adalah MeetKing, Tinder, Lovoo, Paktor, Badoo, BeNaughty dan Moovz. Aplikasi-aplikasi ini sangat mudah didownload dari Play Store tanpa ada pembatasan.
Walau sering disalahgunakan untuk transaksi sex atau mencari teman kencan, aplikasi-aplikasi ini tidak pernah ditutup oleh pihak berwajib.
Dari beberapa kasus terbongkarnya praktik prostitusi yang dilakukan lewat aplikasi chatting mobile, polisi berharap pemerintah bisa memblokir account-account penjaja sex.
Namun sepertinya pemerintah belum berdaya melakukan pemblokiran itu. Padahal pemerintah lewat Kementerian Komunikasi dan Informasi telah mengeluarkan anggaran sebesar Rp 200 miliar lebih untuk menyensor pornografi di internet.
Editor: Ronny Adolof Buol