MANADO, ZONAUTARA.COM – Peneliti dan fotografer bawah laut yang tergabung dalam program Scientific Exploration, melakukan dokumentasi terumbu karang di perairan pantai sekitar tugu boboca, Teluk Manado, Senin (11/2/2019). Hasilnya, mereka merilis 3 foto terbaik yang menggambarkan kondisi karang di lokasi pendokumentasian.
Perairan sekitar tugu Boboca merupakan 1 dari 8 site eksplorasi Teluk Manado. Delapan site yang ditetapkan itu dimulai dari batas kota Manado hingga perairan Tongkaina.
Eksplorasi akan dilakukan dalam kurun 5 bulan, sejak Januari hingga Mei 2019. Lewat kegiatan itu, merekaberupaya mengidentifikasi jenis dan sebaran karang di Teluk Manado, serta melahirkan data untuk proses edukasi masyarakat.
Pada tahap awal, eksplorasi dilakukan di perairan pantai sekitar tugu Boboca. Dari kegiatan itu, tim Scientific Exploration memilih 3 foto untuk dipublikasi. Mereka berharap, lewat foto-foto yang dirilis, masyarakat dapat mengetahui kondisi bawah laut kota Manado.
Biondi Tampanguma, Koordinator Marine Biologi-Underwater Survey mengatakan, foto-foto yang didokumentasikan tim Scientific Exploration menunjukkan kesehatan karang di perairan pantai sekitar tugu Boboca.
Foto pertama menunjukkan momen keluarnya tentakel dari 1 polip karang. Munculnya tentakel karena aktifitas produksi atau mencari makan, yang biasanya terjadi pada malam hari.
“Tapi, karena ini ada di daerah yang bisa membuat mereka berproduksi atau mencari makan, makanya keluar lah tentakel-tentakel ini. Dia juga muncul karena karang tidak dalam keadaan stres, bertumbuh baik, tidak terganggu dan bertumbuh sehat,” ujar Biondi.
Foto kedua adalah karang berbentuk massif. Keunikan foto ini karena karang bertumbuh dan menempel pada keseluruhan suatu batu karang. Kemudian, foto ketiga, menunjukkan tentakel yang keluar pada karang berbentuk massif.
Biondi berharap, dengan dirilisnya 3 foto terumbu karang di perairan sekitar pantai boboca, masyarakat bisa mengetahui dan ikut menjaga ekosistem laut. Menurutnya, kesehatan terumbu karang berbanding lurus dengan berlimpahnya ikan.
“Ini bukti kecantikan karang di Malalayang. Kalau masyarakat tahu, mereka bisa jaga lingkungan sekitar. Agar terumbu karang yang bagus ini bisa terus kita lihat di tahun-tahun berikutnya,” terangnya.
Toar Pantouw, Koordinator Dokumentasi Scientific Exploration mengatakan, proses pendokumentasian dilakukan pada kedalaman maksimal 19 meter, luas 50 x 50 meter dan suhu air antara 24 hingga 30 derajat celcius.
“Total waktu penyelaman adalah 91 menit. Visibilitas di perairan itu relatif baik, dengan jarak pandang horisontal 18 hingga 20 meter. Kami mendokumentasikan tutupan karang, jenis-jenis karang. Mengambil foto detil, juga video untuk karang,” kata Toar.
Ferry Rasubala, videographer kegiatan itu menambahkan, pada wilayah 50 x 50 meter itu, pendokumentasian dilakukan secara random (acak). Meski begitu, tim foto dan video secara bersama-sama menelusuri wilayah yang sudah ditentukan.
“Tak ada masalah serius. Hanya pencahayaan. Kalau penentuan objek, ada tim yang mengarahkan,” terang Ferry.
Tim yang mengikuti kegiatan itu terdiri dari 2 videographer, 1 fotografer target spesies dan 2 orang pendamping. Menurut Stephen Robert, Koordinator Search, Rescue, Casualty Evacuation and Logistics, tim pendamping bertugas menjaga keamanan aktifitas dokumentasi.
Sebelum ini, tim Scientific Exploration memang telah menetapkan standar penyelaman. Kata Stephen, syarat yang harus dipenuhi adalah persiapan dan keamanan alat, serta kualifikasi tim dokumentasi. Syarat itu bertujuan untuk meminimalisir dampak di bawah laut.
“Standar lain adalah setiap penyelam wajib mengisi surat bahaya akan adanya risiko dalam aktifitas penyelaman. Dengan menggunakan formulir itu, orang yang akan turun dalam pengambilan gambar, berbasis saintifik. Harus bersertifikat,” jelas Stephen.
Tim Scientific Exploration masih akan melakukan pengematan bawah laut di sekitar pantai tugu Boboca. Sebab, pada tahap awal, mereka belum berhasil menggambarkan topografi dasar laut, karena permasalahan teknis.
“Kami akan melakukan pemetaan bawah laut pada minggu-minggu ini,” ujar Steve Jansen, koordinator Geomorphology and Hydro-oceanography. “Kami juga akan melakukan pemasangan palem pasang-surut (pasut) permanen di perairan Malalayang Dua untuk melihat pergerakan naik-turunnya permukaan air laut secara berkala di Teluk manado.”
Terobosan Baru di Teluk Manado
Rignolda Djamaluddin, Leader Scientific Exploration menilai, kegiatan pendokumentasian dan identifikasi karang di Teluk Manado dapat disebut sebagai terobosan baru. Sebab, selama ini, belum ditemukan adanya aktifitas riset menyeluruh di kawasan ini.
Menurut dia, studi-studi bawah laut di Teluk Manado terbilang parsial dan terbatas. Belum ada penelitian yang secara spesifik mengkaji sistem di perairan tersebut. Karena itu, Rignolda berharap, kegiatan Scientific Exploration bisa menjadi basis data, serta referensi terkini terumbu karang di Teluk Manado.
“Mudah-mudahan ini bisa jadi percontohan berbasis saintifik dan menarik lebih banyak orang untuk belajar,” terang Rignolda.
Setelah ini, tim Scientific Exploration akan melakukan evaluasi untuk memperoleh metode yang lebih baik, efisien dan bisa dipertanggungjawabkan. Mereka juga akan coba mengkaji struktur dan identifikasi komunitas karang.
“Harapan kami, mudah-mudahan, kami bisa lakukan identifikasi. Sebisa mungkin hingga spesies, minimal genus,” masih dikatakan Rignolda Djamaluddin. (*)