MANADO, ZONAUTARA.com – Bumi semakin menua semakin banyak yang membebaninya. Sampah, sejak lama sudah menjadi masalah di berbagai belahan dunia. Tak usah jauh, di kota kita tercinta, Kota Manado yang masih memiliki alam yang asri dan lautan yang cantik, kini harus juga berurusan dengan sampah. Termasuk di laut. Entah apa salah laut kita.
Hasil laut di utara pulau Sulawesi saban hari kita nikmati. Laut yang kaya dengan ikan yang segar dan lezat untuk disantap, serta berbagai biota laut lainnya. Karena kecantikan laut kita juga, daerah kita bisa dikenal di mana-mana sampai ke negara luar. Namun laut yang sama harus menanggung ketidakpedulian kita.
Secara global lautan di dunia harus menanggung 12,7 juta ton sampah plastik per tahun. Indonesia berada di urutan kedua sebagai penyumbang sampah plastik terbesar ke laut. Dan Kota Manado masuk sebagai salah satu dari 10 kota terkotor pada penilaian Adipura 2018.
Baca juga: Mereka lego sampah ke laut, kami merekamnya
Memiliki pesisir pantai, pemandangan ke arah laut Manado kini sudah tidak seindah dulu. Banyak sampah bertebaran di tepi pantai, dan bahkan dalam rute perjalanan ke Pulau Bunaken, sudah sangat sering dijumpai sampah yang mengapung di atas permukaan laut.
Banyak penyebab sampah-sampah itu menemui jalannya ke laut. Selain yang dibuang langsung dari kapal/perahu yang berlayar, muara sungai-sungai di Manado yang bermuara langsung ke Teluk Manado juga menjadi penyuplainya.
Adalh Willbert Karundeng, anak millenial, 19 tahun, warga Kanaan Ranotana Weru, Kecamatan Wanea, mengingatkan jika pemerintah kota harus bekerja lebih keras lagi dengan kondisi itu.
Baca juga: Lautan sampah di pantai Manado
Namun Willbert juga berharap sebagai kota dengan ribuan jiwa warganya, masyarakat harus pula bertanggung jawab dengan kondisi ini.
“Zaman semakin modern, seharusnya tingkah laku kita juga harus ikut beradab, jangan menanggap sepele soal sampah. Jangan membuangnya sembarangan. Bayangkan, jika kita semua tidak peduli dengan sampah, dan membuangnya sembarangan,” kata Wilbbert, saat ditemui Zonautara.com, Rabu (12/6/2019).
Wakil Dua Putra Bitung ini juga mengatakan, bahwa orang Manado itu dikenal dengan paras yang cantik dan ganteng. Maka seharusnya, kita juga merasa malu kalau lingkungan kita tak secantik paras kita.
“Jangan mengaku orang Manado jika masih membuang sampah sembarangan,” kata Willbert.
Willbert yang saat ini juga aktif dalam Pelayanan Siswa Kristen Berprestasi Sulawesi Utara, merasakan dampak sampah yang dibiarkan begitu saja. Tempat tinggalnya yang berada di dekat pasar, memberi dia pengalaman berurusan dengan sampah.
Sampah yang tidak segera diangkut dan dibiarkan begitu saja membuat udara tercemari dengan bau busuk. Bahkan jika tidak segera diangkut, tumpukan sampah dapat menggangu pengunjung pasar yang lalu lalang.
Pemerintah harus lebih serius lagi mengurus pengelolaan sampah. Dari pengalamannya, petugas kebersihan yang mengangkut sampah dari rumahnya langsung mencampur sampah begitu saja, padahal sampah plastik sudah dipisahkan dari yang lainnya.
Willbert sendiri mengapresiasi program Bank Sampah Pemerintah Kota Manado. Bank Sampah mendidik masyarakat memperlakukan sampah plastik dengan baik. Tidak langsung dibuang namun bisa dikumpulkan dan menghasilkan uang.
Willbert mengajak seluruh anak milenial Kota Manado untuk mendukung Less Plastic City demi kota tercinta menjadi lebih baik.
“Anak gaul itu bawa tumbler dan sedotan stainless,” pungkas Willbert.
Editor: Ronny Adolof Buol