MANADO, ZONAUTARA.com – Wajah Ray Leonard Bawoel sumringah mendengar pengumuman panitia bahwa film Pita lolos sebagai juara 1. Bahkan beberapa jam seusai malam pengumuman, pun ia masih sering terlihat mengembangkan senyum bangga. Dalam film tersebut Ray berperan sebagai Musang Hitam, seorang tokoh antagonis.
“Saya tak menyangka film kami akan ke tingkat Nasional. Rasanya ingin teriak-teriak di lokasi kegiatan untuk meluapkan rasa bangga,” ujarnya dengan mata yang berkaca-kaca, seusai malam pengumuman di Tasik Ria Resort, Selasa (18/06/2019).
Menurut Ray, ada alasan di balik ekspresinya yang begitu meluap-luap. Sekolahnya, SMK Negeri 4 Manado, hanya sekolah kecil. Siswa-siswi yang bersekolah banyak dari keluarga yang tidak mampu.
“Namun dengan kemenangan ini telah membuktikan bahwa kami bisa,” kata Ray yang merupakan siswa kelas X Jurusan Produksi Siaran Program Radio.
Eunike Anastasya Lombok, siswa kelas XI Jurusan Keperawatan Sosial, yang menjadi penulis skenario film Pita turut terharu dengan capaian tim film pendek fiksi yang rata-rata berasal Sanggar Seni SMEK4 SMK Negeri 4 Manado.
“Tiga bidang lomba sekolah kami ikuti. Sekalipun Vokal Solo hanya mendapatkan juara 3, namun Teater dan Film Pendek Fiksi masing-masing menyabet juara 1,” kata Ketua Sanggar Seni SMEK4 SMK Negeri 4 Manado ini.
Otomatis, lanjutnya, sekolah mereka dipastikan mewakili Provinsi Sulawesi Utara di FLS2N Tingkat Nasional yang dilaksanakan di Bandar Lampung, September 2019 mendatang.
Film Pita yang berdurasi 9:58 menit merupakan karya siswa SMK Negeri 4 Manado yang diikutkan dalam Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) Seleksi Provinsi Sulawesi Utara 2019 Bidang Lomba Film Pendek Fiksi. Film Pita yang menjadi wakil Kota Manado saat pelaksanaan lomba harus bersaing dengan 3 utusan Cabang Dinas lain, yaitu dari Kabupaten Minahasa Tenggara, Kota Tomohon, dan Kota Kotamobagu.
Film Pita merupakan karya sinematografi yang disutradarai Dea Febianti Kaawoan, siswa kelas XI Jurusan Teknik Komputer Jaringan. Film ini bercerita tentang dinamika geng di sekolah. Geng Pita Putih beranggotakan Andi (Arianto Ali), Musang Hitam (Ray Leonard Bawoel), Iwan (Ridwan Rauf), dan Aca (Eunike Anastasya Lombok). Sedangkan Geng Pita Merah beranggotakan Liong (Alfoliong Rasubala), Noviani (Noviani Lumintang), Claudia (Claudia Tumbelaka), dan Iwan (Ridwan Markus).
Saat pertandingan Karate O2SN, Liong berharap Dea, teman sekolahnya, datang untuk memberinya semangat. Namun Dea ternyata tak bisa datang karena lagi ada doa di gereja. Dia hanya bisa mendoakan Liong.
Seusai pertandingan, Liong yang ditemani Noviani, Claudia, dan seniornya Iwan berjalan pulang ke sekolah. Di gerbang sekolah mereka berpapasan dengan Geng Pita Putih yang beranggotakan Andi, Musang Hitam, Iwan, dan Aca. Musang Hitam memanas-manasi Andi, Ketua Geng Pita Putih, untuk menyerang Liong, Noviani, Claudia, dan Iwan.
Geng Pita Putih akhirnya menyusul Liong, Noviani, Claudia, dan Iwan yang sedang beristirahat di lapangan sekolah. Aca yang satu-satunya cewek di Geng Pita Putih melihat di tangan Liong, Noviani, Claudia, dan Iwan ada pita merah yang terikat sebagai simbol bahwa mereka mendapat tandingan.
Melihat gelagat akan terjadi perkelahian, Noviani bergegas lari melapor kepada Guru Piket. Setiba di lapangan, Guru Piket langsung menghentikan perkelahian. Diperhatikannya pita merah dan putih yang terikat di tangan para siswa yang bermakna adanya geng-geng sekolah.
Keesokan harinya, Guru Piket mengumpulkan semua siswa dan menyuruh mereka melepas pita yang terikat di tangan. Mereka dinasehati bahwa tidak ada lagi perbedaan warna pita merah atau putih karena yang ada hanyalah Merah Putih, yang berarti Satu Indonesia.
Editor: Rahadih Gedoan