Oleh: Stepanus W Bo’do*
Saya termasuk yang percaya pandemik covid-19 akan berakhir. Tentu dengan konsekuensi perubahan revolusioner dalam banyak aspek kehidupan. Termasuk dalam profesi. Ramalan revolusi amfibi mungkin akan menjadi kenyataan.
Beberapa tahun lalu (2012) Yuswohady, pakar marketing meramalkan akan terjadi revolusi amfibi di Indonesia. Pendorongnya ada tiga. Obsesi kebebasan finansial (finansial freedom) daya tarik entrepreneur, fleksibilitas dan maraknya bisnis online. Hal ini akan mendorong para profesional untuk menjadi amfibi. Menjadi profesional seraya menjadi pengusaha. Penulis itu meramalkan, di era sejuta peluang para amfibi ini akan mencapai kejayaan.
Di militer kita kenal tank ampibi, yang serupa kodok yang hebat di air dan di darat. Istilah ini dari kata amfibia atau amfibi. Merujuk pada hewan bertulang belakang (vertebrata) yang hidup di dua alam; yakni di air dan di daratan.
Sebenarnya, praktik profesi amfibi ini tidaklah baru. Bertahun-tahun lalu, saya kenal satu keluarga dari Makale, Toraja Toraja. Seorang guru SD. Punya anak 11 orang. Sekarang semua anaknya sarjana. Dari pelbagai universitas negeri ternama.
Bagaimana keluarga itu melakukannya? Selain menjadi guru, ia bertani. Berkebun dan mengolah sawah. Ia juga beternak. Memelihara babi, kerbau, ayam dan itik. Sepintas tidak ada yang istimewa. Rata-rata pegawai melakukan itu. Sampai sekarang.
Tetapi mengapa hasilnya beda? Apakah keluarga ini lebih diberkati lebih daripada keluarga lainnya? Saya pikir tidak juga.
Bapak guru ini membuat perbedaan. Pertama, Ia memiliki beberapa orang yang bekerja dan dia beri upah untuk membantunya. Kedua, Ia mampu menyatukan energi semua anggota keluarga, istri dan anak-anaknya. Semua orang terlibat, memadukan kekuatan meraih impian: memberikan pendidikan terbaik untuk anak-anaknya.
Dua faktor ini saya juga temukan dalam banyak bacaan dan pengalaman saya sendiri. Saya membaca biografi figur hebat seperti Jack Ma. Nama Cathy Zhang tak banyak disebut media, tetapi Jack sendiri mengakui ia berjuang bersama istrinya dari sejak awal Alibaba.
Kisah Bill-Melinda Gates bos Microsoft juga sama. Cerita Jeff dan Istrinya MacKenzie Bezos di Amazon juga demikian. Meski sudah cerai pun, tetap sepakat berbagi saham di Amazon.
Apalagi, big bos kita semua Mark Zuckerberg dan Istrinya Pricilla Chan. Pricillia seorang dokter anak yang memilih ikut memadukan kekuatan bersama pasangannya. Membesarkan Facebook bersama suami. Sekarang kita lihat bagaimana keduanya tetap menyatukan energi, bahkan dalam urusan dapur. Melakukan peran rumah tangga bersama. Memasak bareng dan unggah ke Facebook.
Saya bukan peramal. Tetapi yakin pasca covid-19, akan ada sejuta peluang. Datang dari segala penjuru. Yang saya kuatir, nantinya kita menjadi kesulitan memilih dan memutuskan. Lebih dari itu kita menjadi tidak fokus. Memiliki lebih dari satu sumber penghasilan adalah ide luar biasa. Di masa krisis seperti sekarang, para amfibi yang memiliki lebih dari sumber finansial jelas akan lebih merasa safety.
Saya bukan ahli virology. Tetapi, karena mendalami ilmu sosial, saya juga concern pada dampak dan upaya penanggulangan pandemi covid-19. Krisis karena covid-19 tidak selalu kepanikan. Ia juga memicu daya cipta, kreativitas, kepahlawanan, bahkan peluang. Ingat bagaimana Eric Yuan pendiri aplikasi video konferensi Zoom yg tetiba dapat rejeki nomplok di tengah pandemi corona.
Kelompok amfibi terbukti lebih merasa safety. Jadi, menjadi amfibi di era digital sekarang terbukti hebat. Tetapi itu tidak cukup. Kadang-kadang, bukanlah pada berapa banyak peluang dan sumber keuangan yang benar benar membawa kita ke tujuan. Kuncinya ada pada kesanggupan kita menyatukan dan fokuskan energi bersama. Pasangan atau anggota keluarga.
Lebih dari sepuluh tahun kami praktikkan menyatukan energi ini. Ada harga yang harus dibayar. Saya tak bisa maksimal di profesi saya karena sebagian besar energi membantu istri, seorang agen asuransi. Barulah setelah putuskan pensiun, kini giliran dia mendukung penuh melakukan profesi saya.
Sekarang semua orang diminta tetap di rumah, social distancing sebagai strategi menghadapi pandemik covid-19. Memberikan imbauan untuk tinggal dan bekerja di rumah, sangatlah mudah. Menjalani itu yang sulit.
Saya punya usulan sederhana saja. Baiklah kiranya masa-masa tinggal di rumah, bekerja dari rumah jadi kesempatan berefleksi kesanggupan kita menjadi amfibi di era sejuta peluang.
Ini kesempatan yang baik untuk kita menilai apakah selama ini telah menyatukan energi dengan pasangan dan anggota anggota keluarga? Ataukah justru memboroskan energi kita dalam pertentangan mempertahankan ego dan ambisi pribadi kita masing-masing? Semoga kita melewati pandemik covid-19 ini dan bersiap menjadi amfibi di era sejuta peluang nanti.
Pada akhirnya kemampuan menjadi amfibi tidak sama bagi setiap orang. Bukan pula jaminan sukses dalam karir.
Stepanus W Bo’do, Pemerhati covid-19. Dosen Komunikasi Fisip Universitas Tadulako Sulawesi Tengah, dan mendalami ilmu sosial.