ZONAUTARA.com – Mendengar burung Elang langsung terlintas satu kata di benak kita, yakni kehebatan.
Salah satu makhluk terhebat di udara, ketangkasannya terbang jauh lebih tinggi dibandingkan unggas lainnya. Tak heran, gambar dan nama burung elang banyak menjadi lambang di mana-mana.
Kisah hidupnya yang luar biasa. Sejak muda burung pemangsa ini hidup keras. Berkelana sendiri, mencari makanan dengan kelebihan membidiknya dan pandangan matanya yang sangat tajam. Itulah sebabnya elang masuk dalam kelompok hewan yang hampir selalu berhasil dalam hal berburu.
Kemampuan berburu elang juga didukung oleh kecepatan terbangnya yang mampu mencapai kecepatan 300 kilometer per jamnya.
Tapi, tahukah kamu dibalik kehebatan burung elang ternyata dia mempunyai masa terpuruknya ketika mencapai usia 40 tahun.
Elang di usianya yang mau setengah abad itu dihadapkan dengan dua pilihan, mati atau terus hidup dengan berjuang. Elang di fase ini juga sama seperti manusia, mereka sangat mempertimbangkan segala pilihan.
Seekor elang bisa berusia sampai 40 tahun. Tapi dia bisa hidup sampai usia 70 tahun.
Hanya saja untuk berumur panjang, ada perjuangan yang lebih menyakitkan yang harus dilaluinya. Saat berusia 40 tahun, cakarnya mulai menua dan sulit membidik ikan di laut. Paruhnya yang tajam itu jadi panjang dan bengkok sampai akhirnya patah. Tak hanya itu saja, dia kesulitan terbang karena bulunya tumbuh lebat dan tebal. Elang harus melalui masa sulit ini agar bisa bertahan hidup lebih lama.
Di usia 40 tahun, elang sebenarnya dihadapkan pada dua pilihan, menunggu kematian atau melalui proses transformasi selama 150 hari.
Jika memilih bertransformasi, maka elang harus berusaha keras terbang dengan susah payah ke puncak gunung. Di sana ia akan membuat sarang di tepi jurang dan mulai menjalani proses transformasi.
Elang yang sebenarnya sudah tak berdaya itu akan mencabuti bulunya sendiri dan mematahkan cakar serta paruhnya demi mendapatkan “kesempatan hidup kedua”. Dengan cara itu, dia bisa mendapatkan bulu, cakar, dan paruhnya yang baru. Setelah melewati proses menyakitkan itu, dia pun siap terbang dan menjalani hidupnya 30 tahun lagi.
Sama seperti kita manusia. Untuk mencapai tujuan kehidupan kita yang lebih baik, sesungguhnya tidak mudah. Tapi maukah kita berproses sama seperti Elang, ataukah kita hanya berdiam diri menyerah tanpa ada kemajuan.
Memang berproses akan diperhadapkan dengan banyak tantangan. Tapi lebih baik melangkah maju walau sakit daripada berdiam dalam keputusasaan.
Layaknya Elang, lepaskan semua kejanggalan di masa lalu dan mulailah melangkah maju meraih tujuan hidup kita.
Mencapai suatu impian besar dalam hidup memang perlu berkorban. Pencapaian dalam hidup kita juga pasti memiliki fase-fase yang sulit dan menyakitkan bagi diri kita. Tapi percayalah, layaknya elang, setelah kesulitan akan ada kemudahan. Bersusah-susah dahulu, bersenang-senang kemudian.
Editor: Christo Senduk