ZONAUTARA.com – Dokter Bambang Sutrisna dikenal sosok profesor yang bersahaja. Ia terinfeksi covid-19 sehingga harus ditangani dan dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, Jakarta, setelah mengalami demam dan sesak napas.
Prof Bambang, begitu ia akrab disapa, saat di RSUP Persahabatan itu kondisinya kian memburuk dan kemudian meninggal dunia pada hari Senin, 23 Maret 2020, pukul 08.30 WIB. Prof Bambang meninggal dunia dengan status Pasien Dalam Pengawasan.
Dokter kelahiran 12 Februari 1950 ini diduga terpapar virus corona dari salah satu pasien suspek Covid-19 yang sempat dirawatnya.
Ia menempuh pendidikan kedokterannya di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Dikenal sebagai salah satu pakar epidemiologi di Indonesia, Prof Bambang mengambil gelar MHSc Epidemiology di School of Hygiene and Public Health, the John Hopkins University di Amerika Serikat (1980) dan DrPH di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (1993).
Selama berkarir dan menjadi Guru Besar di FKM UI, bidang keahliannya meliputi Epidemiologi Penyakit kronik, Epidemiologi Penyakit Tidak Menular Epidemiologi Genetika, Epidemiologi Molekuler, Epidemiologi Makro, Epidemiologi Bencana, Epidemiologi Klinik1.
Dengan memegang teguh motto Berusaha menjadi lilin di tempat gelap, Prof Bambang konsisten membimbing para mahasiswa untuk menyelesaikan pendidikannya, melaksanakan penelitian dan menerbitkan sekitar 100 karya ilmiah, baik di Indonesia maupun di jurnal internasional.
Beberapa tulisannya yang menginspirasi dan disitasi oleh banyak penulis lainnya adalah The effect of curcumin on lipid level in patients with acute coronary syndrome (2008), Care-seeking for fatal illnesses in young children in Indramayu, West Java, Indonesia (1993) dan Prevalence and predictors of undiagnosed diabetes mellitus in Indonesia (2010).
Hingga akhir hayatnya, beliau tercatat sebagai anggota dari Ikatan Dokter Indonesia, anggota Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, dan beberapa organisasi profesi lainnya.
Beristirahatlah dengan tenang, Prof Bambang. Cahaya lilinmu telah menerangi banyak tempat gelap, meski kini telah padam oleh virus corona.