ZONAUTARA.com – Kesempatan mendapatkan bantuan dana tunai melalui uang saku dari Kartu Prakerja kini menjadi incaran warga desa yang tidak ada akses internet.
Padahal Program Kartu Prakerja yang digelontorkan Presiden Joko Widodo bertujuan memberikan pelatihan vokasi bagi pekerja/buruh baik yang masih aktif atau terkena PHK dan para pencari kerja untuk meningkatkan kompetensi.
Modal yang diberikan pemerintah untuk membeli modul pelatihan dimaksudkan agar peserta yang lolos dapat meningkatkan keahlian sesuai bidang yang dipilihnya.
Namun skema pelatihan yang mesti dilakukan secara online dan butuh akses internet, membuat banyak pihak, terutama yang tinggal di daerah tidak ada akses internet hanya ingin memburu uang saku bulanan dari Kartu Prakerja.
Sekretaris Desa Deaga di Kecamatan Pinolosian, Ode Adri Mokoginta mengakui bahwa beberapa warganya mendaftar dalam Program Kartu Prakerja agar bisa mendapat uang bulanan sebesar Rp 600 ribu.
“Jangankan untuk mengakses modul pelatihan, bahkan untuk kirim SMS saja susahnya minta ampun,” ujar Ode kepada Zonautara.com yang berkunjung ke Deaga awal pekan ini.
Deaga, salah satu desa di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan yang tidak terjangkau jaringan seluler dan internet.
“Jadi mereka yang sudah terdaftar di Prakerja itu didaftarkan oleh Joki,” jelas Ode.
Joki yang dimaksud adalah pihak lain yang menawarkan jasa pendaftaran Kartu Prakerja dengan imbalan uang jasa tertentu.
Joki atau calo mendatangi desa, lalu mengumpulkan KTP dan Kartu Keluarga bagi warga yang ingin ikut Kartu Prakerja. Data yang terkumpul itu lalu dibawa ke daerah dengan akses internet yang bagus, dan didaftarkan ke program Kartu Prakerja.
Joki juga yang ikut menyelesaikan test awal di tahap pendaftaran, termasuk menyelesaikan modul pelatihan jika warga yang didaftarkan lolos sebagai peserta.
“Jadi ada perjanjian, jika uang saku cair, Joki mendapat imbalannya,” kata Ode.
Sebagaimana aturan di Kartu Prakerja, peserta akan menerima uang saku sebesar Rp 600 ribu per bulan selama empat bulan, jika sudah menyelesaikan pelatihan hingga mendapat sertifikat.
Yayan, yang ditemui di Desa Mataindo mengaku kesulitan mendaftar dalam program Kartu Prakerja.
“Beruntung di Mataindo ada akses wifi. Kalau tidak saya harus ke kota,” jelas Yayan yang juga merupakan warga Deaga.
Yayan mengaku tidak paham betul apa itu Program Kartu Prakerja. Dia hanya tahu bahwa jika lolos akan mendapatkan uang saku setiap bulannya. Yayan yang mendaftar di gelombang 9, juga mengaku belum tahu bagiamana akan ikut pelatihan jika lolos nanti.
Melihat kondisi ini, Ode berharap Pemerintah Pusat memikirkan skema lain dalam Program Kartu Prakerja bagi warga desa yang tidak punya akes internet.
“Jika begini kan, program-program ini tidak tepat sasaran. Warga desa juga jadi merasa ada terus bantuan, padahal bukan mereka yang ikut pelatihan,” kata Ode.