ZONAUTARA.com – Pandemi Covid-19 mengakibatkan tekanan yang besar bagi industri pariwisata global, tak terkecuali Indonesia. Pandemi Covid-19 juga menyebabkan gangguan pada rantai pasok global, dalam negeri, volatilitas pasar keuangan, guncangan permintaan konsumen dan dampak negatif di sektor-sektor utama seperti perjalanan dan pariwisata. Dampak wabah Covid-19 tidak diragukan lagi akan terasa di seluruh aspek pariwisata.
Tekanan pada industri pariwisata terlihat jelas pada turunnya jumlah penumpang transportasi domestik, baik darat, laut, dan udara. Turunnya penumpang transportasi juga dapat menandakan penurunan pariwisata. Tekanan pada industri pariwisata tidak hanya terlihat dari sisi transportasi, tapi juga dapat dilihat dari turun nya tingkat hunian kamar pada hotel bintang.
Riset Lifepal.co.id menemukan bahwa pengeluaran wisatawan domestik Indonesia untuk transportasi dan akomodasi turun hingga 90% per bulan sejak awal pandemi di bulan Maret hingga Juni 2020.
Penerbangan domestik di Bandara Soekarno-Hatta, Polonia, Ngurah Rai, dan Hasanudin kompak anjlok
Berdasarkan grafik di atas terlihat jika terjadi penurunan yang cukup tajam pada jumlah penumpang pada penerbangan domestik di beberapa bandara utama di Indonesia yaitu bandara Soekarno-Hatta, Polonia, Juanda, Ngurah Rai, dan Hasanudin.
Pada bulan Mei 2020, terjadi penurunan jumlah penumpang yang paling dalam dengan angka rata rata di kisaran -98,63%, jika dibandingkan jumlah penumpang pada bulan Desember 2019, beberapa bulan sebelum pandemi melanda Indonesia.
Penumpang kereta api Jabodetabek, Non Jabodetabek (JAWA), dan Sumatera mengalami penurunan tajam
Grafik di atas juga memperlihatkan penurunan yang cukup tajam pada jumlah penumpang kereta api di Jabodetabek, Non Jabodetabek (JAWA), dan Sumatera. Puncak pelemahan terjadi pada bulan Mei 2020, di mana tercatat pelemahan dengan persentase rata rata di kisaran -92% jika dibandingkan dengan Desember 2019.
Penumpang Pelayaran di Pelabuhan Belawan, Tanjung Priok, Tanjung Perak, Balikpapan, dan Makassar anjlok
Berdasarkan grafik di atas terlihat terjadi penurunan yang cukup tajam pada angka kedatangan penumpang pelayaran di beberapa pelabuhan utama di Indonesia yaitu Pelabuhan Belawan, Tanjung Priok, Tanjung Perak, Balikpapan, dan Makassar.
Pada bulan Mei 2020-lah tercatat penurunan yang paling dalam dengan persentase rata-rata di kisaran -98,52% jika dibandingkan dengan bulan Desember 2019.
Tingkat Penghunian kamar pada hotel bintang turun
Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel klasifikasi bintang di Indonesia pada Juni 2020 mencapai rata-rata 19,70% atau sudah turun 39,69 poin sejak Desember 2019.
Pandemi Covid-19 sendiri sudah mengakibatkan penurunan paling dalam pada bulan April 2020, di mana TPK hanya tercatat rata rata 12,67% atau sudah turun 46,72 poin dari bulan Desember 2019.
Sembilan puluh persen wisatawan domestik menghemat pengeluaran transportasi, sedangkan 40% menghemat pengeluaran akomodasi
Data-data di atas menunjukkan terjadinya pelemahan pada industri pariwisata di Indonesia. Namun, jika ditinjau dari sisi lain, secara tidak langsung data-data tersebut juga menunjukkan bahwa wisatawan domestik sudah melakukan penghematan biaya travelling cukup besar di masa pandemi ini.
Menurut data Statistik Wisatawan Nusantara dari Badan Pusat Statistik tahun 2018, wisatawan domestik menghabiskan rata-rata Rp959,100 per perjalanan wisata. Dengan memperhitungkan inflasi transportasi dan rekreasi tahunan, diketahui pada tahun 2020 ini, wisatawan domestik menghabiskan rata-rata Rp980,943 per perjalanan wisata.
Kesimpulan sederhana yang bisa diambil, di masa pandemi ini, 90% wisatawan domestik berhemat lantaran tidak membuat pengeluaran transportasi untuk travelling. Di saat yang sama, hampir 40% wisatawan domestik menghemat pengeluaran akomodasi. Akan sangat bijak jika dana yang tak terpakai itu dialokasikan untuk sesuatu yang bermanfaat bagi kesehatan kondisi finansial pribadi.
Tips mengalihkan dana travelling untuk tujuan finansial
Di dalam masa pandemi ini penting untuk kita mengatur keuangan sesuai tujuan finansial kita masing masing demi kondisi keuangan yang lebih baik. Berikut ini tips mengelola dana travelling “nganggur” yang tak terpakai saat pandemi menurut Lifepal.co.id
1. Melunasi utang
Jika memang dana travelling yang tak terpakai mencukupi untuk melunasi utang, maka sebaiknya Anda memilih langkah ini. Di masa pandemi yang serba tidak menentu, ada baiknya Anda membebaskan diri dari berbagai beban keuangan, termasuk utang.
Jika utang Anda ada di lebih dari satu institusi keuangan, pilihlah yang bunganya paling besar terlebih dahulu. Baru setelah itu, jika masih mencukupi, Anda bisa menghitung-hitung untuk melunasi utang lain yang bunganya lebih kecil.
2. Dana Darurat
Dana darurat adalah uang yang tersedia dan mudah diambil sewaktu-waktu Anda membutuhkannya. Pos dana darurat jadi solusi untuk kebutuhan yang tidak disangka-sangka, emergensi, yang memerlukan penanggulangan segera.
Pada umumnya di dalam kondisi normal, pengumpulan dana darurat minimal 3 kali pendapatan atau pengeluaran tiap bulan. Misalnya saja, jika per bulan Anda menghabiskan Rp5 juta untuk segala kebutuhan, maka persiapkan minimal Rp15 juta sebagai dana darurat. Tapi, di dalam kondisi pandemi seperti ini, sebaiknya jumlah uang di kantung dana darurat diupayakan minimal 6 kali pendapatan/ pengeluaran bulanan.
Anda masing-masing juga dapat menghitung berapa besaran dana darurat yang Anda perlu siapkan secara otomatis dengan menggunakan Kalkulator Dana Darurat Lifepal.
3. Asuransi
Tujuan dari asuransi adalah memberikan jaminan penggantian terhadap risiko-risiko yang mungkin terjadi di masa depan oleh nasabah, misalnya saja risiko terkena penyakit dan risiko kematian. Di masa pandemi, risiko terkena penyakit bukannya makin kecil, malah semakin besar, demikian pula risiko kematian.
Asuransi kesehatan melindungi Anda dari risiko-risiko yang dapat membuat Anda kehilangan sejumlah besar uang akibat penyakit yang dialami. Contohnya, apa jadinya jika Anda sudah mempersiapkan sejumlah dana untuk pendidikan anak di masa depan, namun tiba-tiba Anda jatuh sakit dan membutuhkan dana besar untuk pengobatan?
Jika memiliki asuransi kesehatan, biaya pengobatan akan dibantu, bahkan dapat ditanggung sepenuhnya oleh perusahaan asuransi, tanpa perlu mengambil simpanan uang pendidikan anak. Demikian pula jika kematian menimpa kepala keluarga pencari nafkah. Polis asuransi jiwa yang dimiliki akan memberikan uang pertanggungan kepada tertanggung, dalam hal ini keluarga yang ditinggalkan, untuk meneruskan hidup saat ditinggal tulang punggung keluarga.
4. Menambah portofolio investasi
Bagi yang sudah berinvestasi, dana travelling yang tak terpakai tentu dapat dimanfaatkan untuk menambah portofolio investasi, entah itu dalam bentuk deposito, reksa dana, obligasi, emas, hingga saham.
Demikian pula bagi yang belum mulai berinvestasi. Bujet “nganggur” yang tersedia akan sangat bermanfaat untuk memulai membeli instrumen investasi.
Tentukan dulu apa tujuan Anda berinvestasi, apakah untuk dana pendidikan anak, membeli rumah, dana pensiun, atau tujuan lainnya? Sebab, berbeda tujuan, berbeda pula jangka waktu yang dilakukan dalam berinvestasi.
Jika tujuan Anda adalah mempersiapkan dana pensiun, maka letakkanlah pada instrumen-instrumen investasi jangka panjang, sehingga Anda tidak perlu memusingkan fluktuasi nilai investasi yang terjadi.
Namun, perlu diingat, investasi sebaiknya dilakukan pada instrumen yang sudah dipelajari dan dimengerti. Jangan ikut-ikutan meletakkan dana Anda pada instrumen yang belum dipahami.
Itulah sejumlah tips mengalokasikan dana travelling yang tidak terpakai di masa pandemi. Apakah Anda sudah melakukan salah satu di antaranya atau baru mau memulai?