ZONAUTARA.com – Dokter Deni Chrismono Raharjo merupakan dokter jaga di IGD Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Menur, Kota Surabaya. Awalnya tak ada yang mencemaskan dalam profesinya sebagai seorang dokter di RSJ Menur, tempatnya bekerja.
Setelah rumah sakit tempatnya bekerja ditunjuk pemerintah sebagai rumah sakit rujukan Covid-19, barulah semuanya berubah drastis. Namun kondisi itu membuatnya terpanggil untuk terus mengabdi meskipun ancaman nyata tersaji di depan mata.
Dokter Deni, begitu ia akrab disapa, masuk dalam tim dokter jaga pasien di RSJ Menur, meskipun di sisi lain ia juga berdinas sebagai dokter jaga di RS Gotong Royong Surabaya.
Jiwa sosialnya membuat dokter Deni terjun di tengah medan perang melawan pandemi Covid-19. Ia tak hanya merawat pasien Covid-19, tapi juga ikut menghimpun donasi Alat Pelindung Diri dan obat untuk rekan-rekan tenaga kesehatan. Donasi yang terkumpul kerapkali diantarnya sendiri ke tempat tujuan.
Setelah diketahui ada gejala Covid-19 yang dirasakannya, dokter Deni memeriksakan diri dan harus dirawat di RSU dr Soetomo. Ia menjalani perawatan intensif selama 15 hari.
Pada hari Minggu, 12 Juli 2020 pukul 05.00 WIB dokter Deni menghembuskan nafasnya yang terakhir di RSU dr Soetomo. Ia berpulang pada usia 41 tahun.
Dokter Deni meninggalkan Eli, istri terkasih, dan Cheryl dan Jonathan, kedua buah hatinya. Almarhum tercatat telah bertugas di RSJ Menur selama 9 tahun.
Semasa hidupnya, dokter Deni dikenal sebagai sosok yang pendiam dan pekerja keras. Lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya ini dikenal selalu terpanggil untuk melayani dengan menghimpun beberapa dokter dan tenaga kesehatan, lain baik apoteker, perawat, maupun profesi lain dalam suatu wadah grup WA yang diberi nama Christian Medical Team (CMT), yang mulai operasional 25 Februari 2017.
Misinya kebersamaan dalam pelayanan medis baik berbagi pengalaman, saling membantu, saling menguatkan, melakukan kegiatan pelayanan medis sosial, maupun berbagi firman. Ia sosok yang dicintai banyak temannya dan berjiwa relawan.
Dia aktif dalam berbagai kegiatan bakti sosial yang rutin diadakannya, baik di Jawa Timur maupun saat bencana di Lombok 2018 lalu. Dia adalah pribadi yang rendah hati, selalu tersenyum, agak pendiam, dan jenaka. Ia selalu ingat tanggal ulang tahun anggota grup WA, dan selalu memberikan ucapan selamat dengan foto indah dari yang berulang tahun.
Melalui laporcovid19, dokter Antono Pratanu, rekan sejawatnya, menulis bahwa dokter Deni adalah teladan, yang tetap mengabi di kala pandemi.
“Padahal, sebagian besar kita ketakutan, di saat banyak dokter tak lagi mampu melakukan pemeriksaan dan perawatan medis secara maksimal karena takut dekat dengan pasien, atau menyentuhnya. Bahkan banyak yang memangkas waktu konsultasi dan jam bicara dikurangi,” tulis dokter Antono, Sabtu, 5 September 2020.
Tri Maharani, Presiden Indonesia Toxinology, juga bercerita bahwa dokter Deni masih sempat menelepon salah satu sahabatnya saat akan dipasang ventilator. Dengan tabah ia menjalani perawatan.
“Dia gagah berani, tanpa ketakutan tidak akan tidak bangun lagi. Dia juga seorang dokter yang selalu mengikui ilmu baru. Bahkan, tahun 2019 sempat tertarik mengikuti seminar toxinology yang diadakan Indonesia Toxinology di Jakarta,” tulis Tri melalui laporcovid19, Sabtu, 5 September 2020.