ZONAUTARA.com – Yayasan Selamatkan Yaki kembali menghadirkan program “Torang Bacerita di Pasar” yang digelar di Pasar Tomohon, baru-baru ini. Kegiatan ini bertujuan mendengar secara langsung dari para pedagang daging yang ada di pasar tradisional yang terkenal dengan penjualan daging satwa eksotis itu.
Torang Bacerita di Pasar merupakan tindak lanjut dari Wildlife Trade Migration Strategy (WTMS) yang dilakukan Selamatkan Yaki bekerjasama dengan Polda Sulut dan Dinas Kehutanan Sulut.
“Torang so lama nda bajual itu yaki deng satwa liar lainnya yang so langka karena so tau itu dilindungi,” kata Jhony, salah satu pedagang satwa liar di Kota Tomohon.
Sedangkan Daeng Acox mengatakan, pihaknya tidak mau berurusan dengan hukum sebab ketika tertangkap maka ada denda 100 juta dan minimal 5 tahun penjara siap menanti.
Ada juga Roy Nangka yang menceritakan pedagang di Pasar Tomohon sudah mengetahui persis mana yang dilindungi ataupun yang langka dan sudah jarang ditemukan. Dengan pertimbangan konsekuensi hukum serta keuntungan yang diperoleh sangat tidak seimbang, maka bagi Nangka lebih baik untung kecil tetapi tenang dalam berusaha daripada berdagang satwa liar yang seolah untung tetapi dipenuhi rasa takut.
Meski begitu, baginya diskusi yang melibatkan para pedagang soal satwa liar juga sangat baik. Banyak komentar positif yang keluar lebih dari 10 pedagang khususnya pedagang satwa liar dan daging di Pasar Tomohon, ketika Selamatkan Yaki datang dengan sebuah kegiatan santai bertajuk “Torang bacirita di Pasar”.
Yunita Siwi dari program Selamatkan Yaki mengatakan peran pedagang dalam distribusi satwa sangat penting. Untuk itu perlunya edukasi tentang perlindungan satwa liar dan perdagangannya.
“Penyampaian pesan dibawakan dalam bentuk diskusi santai di meja atau lapak dagangan yang sudah kosong, dengan memilih waktu saat transaksi di pasar sudah berkurang. Di Pasar Tomohon terdapat kurang lebih 10 pedagang satwa liar yang kebanyakan menjual, ular, tikus, kelelawar atau paniki,” katanya.
Siwi menjelaskan ada beberapa satwa yang dilindungi seperti yaki, anoa, babi rusa, burung rangkong, maleo dan masih banyak lagi. Sementara yang sudah terancam diantaranya kuse, patola dan paniki atau kelelawar.
Dia menambahkan bahwa program Selamatkan Yaki membantu pedagang mengenali keberadaan satwa liar di Sulawesi Utara, sehingga otomatis menjadi garda terdepan dalam mengawasi distribusinya dari pemburu-pengumpul-pedagang dan sampai ke konsumen.
Pihak Selamatkan Yaki sendiri memulainya dengan edukasi tentang mitigasi perdagangan satwa liar dari Pasar Tomohon untuk kemudian akan menjadi percontohan dalam merangkul 9 pasar lainnya di Sulawesi Utara.
Sementara itu Asisten 2 Pemerintah Kota Tomohon Ir. Enos Pontororing MSi mengatakan, pihaknya mengapresiasi kegiatan yang membangun kesadaran pedagang pasar terhadap satwa liar yang sudah mulai terancam bahkan ada yang sudah masuk dalam daftar dilindungi pemerintah.
“Diakui bahwa saat ini pihaknya juga sedang merencanakan untuk menata pasar agar lebih baik dan siap mendukung keberadaannya sebagai pasar tradisional yang ramah lingkungan, bersih dan menarik dan mendukung Tomohon sebagai kota pariwisata dunia,” ujarnya.
Selamatkan Yaki akan bekerja sama dengan pedagang untuk bersama membangun rasa bangga akan keberadaan satwa liar yang ada dengan menjadi bagian dalam pelestariannya. Dengan bersama untuk terus menerus mengingat dan memperkuat norma sosial yang ada bahwa sebaiknya semua pihak harus peduli dengan tidak memburu, menjual dan mengkonsumsi satwa liar terancam dan diindungi. Kalau bukan torang yang jaga sapa lei? **