ZONAUTARA.COM — Hewan tentunya dapat berkomunikasi dengan sesamanya. Dan manusia terus mengembangkan penelitian untuk mengetahui bagaimana cara hewan dalam mengomunikasikan perasannya. Sebuah penelitian meneliti bagaimana mengenali emosi sapi lewat suaranya.
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa induk sapi mengenali dan menanggapi suara anak mereka sendiri. Namun, sebuah studi baru dari University of Sydney mengungkapkan bahwa komunikasi sapi jauh melampaui ibu dan anak, hingga bisa mengekspresikan berbagai emosi tentang berbagai pengalaman peternakan.
Penelitian dengan judul Vocal individuality of Holstein-Friesian cattle is maintained across putatively positive and negative farming contexts ini diterbitkan di Scientific Reports.
Alexandra Green, penulis utama studi melakukan penelitiannya dengan merekam 333 vokalisasi dari 13 ekor sapi dara Holstein-Friesian.
Rekaman penelitian ini diambil selama lima bulan di sebuah peternakan Australia. Mereka ditangkap oleh Green selama periode etrus sapi, selama mengharapkan pakan , dan selama masa frustrasi karena pakan ditolak. Vokalisasi juga direkam ketika hewan sosial ini diisolasi secara individual dari kawanannya.
Hasil Penelitian
Green melakukan perjalanan ke Saint-Etienne, Prancis, di mana dia bekerja dengan rekan penulis psikolog David Reby dan ahli bioakustik dan perilaku hewan Livio Favaro.
Bersama-sama, mereka menganalisis rekaman lapangannya menggunakan perangkat lunak fonetik Praat, yang menghasilkan representasi visual audio, termasuk indikator nada dasar setiap suara.
Analisis ini membuktikan keunikan suara masing-masing sapi. Salah satunya adalah suara setiap sapi jeni heifer tidak terbatas pada keadaan tertentu seperti pengasuhan, tetapi tetap konstan dan stabil.
Dalam hal mekanisme, kata Green, sapi menghasilkan panggilan dengan salah satu dari dua cara. Untuk komunikasi yang lebih dekat dan lebih tenang, mulut mereka tetap tertutup, dengan suara yang masuk melalui saluran hidung mereka sebagai “mmmmmmmm.”
Namun, untuk memanggil sapi lain yang tidak berada di dekatnya, mereka meningkatkan volume dengan membuka mulut saat bersuara.
Mengutip dari University of Sydney News, Green mengatakan bahwa ia berharap para peternak dapat menyesuaikan diri dengan keadaan emosional ternak mereka, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan hewan.