ZONAUTARA.com – Saat ini, para perundung atau pembully masih ditemukan di banyak tempat. Tak hanya di sekolah, bahkan lingkungan kerja sekalipun. Penelitian ini menjelaskan apa yang membedakan otak seorang pembully dengan otak orang dewasa biasa.
Terkadang, para pebully tumbuh dan tak lagi melakukan perilaku antisosial tersebut. Namun, beberapa masih melakukannya hingga dewasa.
Studi tersebut berjudul Associations between life-course-persistent antisocial behaviour and brain structure in a population-representative longitudinal birth cohort dan diterbitkan di Lancet Psychiatry.
Penelitian dilakukan dengan mempelajari pemindaian otak dari 672 peserta berusia 45 tahun. Berdasarkan laporan dari keluarga, guru, dan ingatan mereka sendiri, maka mereka dibagi menjadi tiga kelompok: 1) 441 orang (66%) tidak memiliki riwayat perilaku antisosial, 2) 151 orang (23%) telah menunjukkan perilaku antisosial hanya pada masa remaja mereka, dan 3) 80 orang (12%) adalah pembully seumur hidup.
Korteks serebral setiap peserta dinilai melalui pengukuran ketebalan materi abu-abu dan area kortikal. Para peneliti juga mengukur 360 wilayah berbeda di dalam korteks.
Hasilnya, peneliti menemukan bahwa pembully memiliki luas permukaan area kritis otak yang lebih kecil dan korteks yang lebih tipis di daerah otak yang terkait dengan fungsi eksekutif, motivasi, dan regulasi pengaruh daripada orang yang tidak memiliki riwayat pembully-an.
Penulis utama studi, Christina Carlisi dari University College London (UCL), mengatakan bahwa temuannya mendukung gagasan bahwa struktur otak pembully memungkinkan mereka kesulitan dalam mengembangkan keterampilan sosial yang mencegah mereka terlibat dalam perilaku antisosial. Â Yang penting pula, kelainan ini tidak terlihat jelas di otak seseorang remaja perundung, namun terlihat ketika dewasa.
Essi Viding, penulis lainnya juga mengatakan bahwa tidak jelas apakah perbedaan otak ini diwariskan dan mendahului perilaku antisosial, atau apakah hasil dari faktor risiko lainnya (misalnya, penyalahgunaan zat, IQ rendah, dan masalah kesehatan mental).
Meskipun ini adalah studi pertama yang mengungkapkan perbedaan mencolok antara struktur otak pengganggu seumur hidupnya, penulis mengatakan bahwa perlu penelitian lebih lanjut untuk menggunakan data ini.