Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida pada Sabtu (4/11) mengatakan bahwa negaranya, Filipina, dan Amerika Serikat (AS) sepakat untuk bekerja sama dalam melindungi kebebasan Laut China Selatan. Kolaborasi tiga negara tersebut sejalan dengan komitme Tokyo untuk membantu meningkatkan kemampuan keamanan Manila.
“Di Laut China Selatan, kerja sama trilateral untuk melindungi kebebasan laut sedang berjalan,” kata Kishida dalam pidatonya di hadapan kongres Filipina di Ibu Kota Manila.
Kishida bertemu dengan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr pada Jumat (3/11). Kedua pemimpin tersebut sepakat untuk memulai negosiasi mengenai kesepakatan timbal balik akses pasukan sebagai upaya memperkuat kerja sama militer di tengah semakin agresifnya Beijing.
Baik Filipina maupun Jepang, dua sekutu terdekat AS di Asia, mengambil sikap tegas terhadap apa yang mereka anggap sebagai perilaku agresif kapal-kapal China terkait sengketa kedaulatan maritim yang telah terjadi selama puluhan tahun.
Pada bulan lalu China dan Filipina saling tuding terkait insiden tabrakan di perairan yang disengketakan di Laut China Selatan. Saat itu kapal-kapal China menghalangi jalan kapal-kapal Filipina yang ingin memasok bahan panganan untuk pasukan di sana.
Beijing mengklaim kedaulatan atas hampir seluruh Laut China Selatan, termasuk sebagian zona ekonomi eksklusif Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Vietnam. Pengadilan Arbitrase Permanen pada 2016 mengatakan klaim China tidak memiliki dasar hukum.
Jepang tidak memiliki klaim apa pun atas Laut China Selatan. Namun Tokyo dan Beijing bersengketa di Laut China Timur. [ah/ft]
Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat
Artikel ini terbit atas kerjasama afiliasi Zonautara.com dengan Voice of America (VOA) Indonesia