MANADO, ZONAUTARA.com – Meningkatnya peminat bunga di masa pandemi ini membuat bisnis jual beli tanaman kian naik daun. Peluang ini dimanfaatkan pasangan suami-istri David Jullinar dan Resmi Bawole.
Namun bukan hanya bisnis tanaman, pasangan suami-istri yang berdomisili di Maumbi, Minahasa Utara, Sulawesi Utara, inipun mengambil kesempatan ini untuk berjualan pupuk organik.
Sehari-hari mereka berjualan di Jalan A A Maramis, Kota Manado. Pupuk organik yang mereka jual tersebut diproduksi sendiri dan diberi nama Suplemen Organik Untuk Tanaman (SOTA) yang dilengkapi dengan cara pemakaian.
Menurut David Jullinar, pupuk yang dijual dengan harga Rp25 ribu ini dianggap dapat menyadarkan masyarakat agar tidak lagi menggunakan pupuk berbahan kimia yang dapat merusak tanah.
“Pupuk berbahan kimia dapat merusak tanah dan tanaman. Sedangkan pupuk SOTA (Suplemen Organik Untuk Tanaman) ini benar-benar sehat untuk tanah maupun tanaman karena dibuat dari bahan organik,” ungkap David kepada wartawan Zona Utara, Senin (15/11/2020).
Selain berjualan untuk tujuan ekonomi, lanjut David, berjualan pupuk ini juga untuk menyelamatkan bumi.
“Kami pernah mendapati lahan yang rusak karna bahan kimia. Kami pun yang bergelut dalam dunia konservasi terpanggil untuk menjaga bumi ini dengan menjual pupuk organik,” jelasnya.
Dengan mengikuti pelatihan, Jullianar bisa memproduksi pupuk organik sendiri.
“Pupuk ini bernar-benar terbuat dari hasil alam, seperti buah-buahan, batang pisang, dan tebu yang dengan cepat bisa terserap dan menyuburkan tanah,” kata Jullinar.
Resmi Bawole juga menjelaskan, pemakaian botol plastik sebagai kemasan pupuk adalah aksi untuk mengurangi sampah plastik.
“Hasil pupuk ini nanti terlihat setelah sebulan, tapi dengan proses itu bisa menghasilkan tanaman yang subur dan tidak merusak tanah. Sudah pernah ada bukti di mana pohon rambutan yang sudah tidak menghasilkan buah setelah diberi pupuk ini pohonnya berbuah kembali,” ujar sosok yang akrab disapa Ade ini.
Selain berjualan dipinggir jalan, pasangan suami istri ini juga berjualan melalui media soaial.
“Dengan harapan masyarakat bukan hanya bercocok tanam begitu saja, tapi bisa memikirkan kesehatan dari tanah untuk waktu yang akan datang,” tutup Ade.