Nena merupakan anak bungsu dari dua bersaudara. Saat SMP, Nena harus menerima kenyataan pahit ditinggalkan ayahnya meninggal dunia. Sejak saat itu, Nena mulai bekerja membantu sang ibu untuk membiayai sekolahnya. Nena terbiasa sekolah sambil membawa dagangan, yaitu kripik pisang dan kacang-kacangan.
Kebiasaan itu juga terus berlangsung hingga Nena menjadi pegawai honorer di salah satu SKPD di lingkup Pemkab Bolmong. Tanpa dia duga, pemangkasan anggaran membuat dirinya dan beberapa teman honorer harus diberhentikan.
Terbiasa memilikipenghasilan sendiri membuat Nena tak tenang. Ia memutar otak dan mulai menjajakkan kripik pisang buatannya di media sosial. Pembatasan karena Covid-19 membuat strateginya berhasil. Saat ini Nena sukses menjadi pengusaha muda, kripik pisang buatannya sudah dijual hingga ke luar daerah.