GORONTALO, ZONAUTARA.com – Meski kian tergerus dengan keberadaan lampu warna-warni, masyarakat Gorontalo patut berbangga, karena memiliki tradisi unik jelang Hari Raya Idul Fitri. Itulah tradisi Tumbilotohe.
Tradisi ini muncul karena masyarakat Gorontalo pada waktu dulu menyalakan lampu tradisional, untuk menerangi jalan-jalan menuju masjid. Lampu-lampu tersebut dipasang di depan atau teras rumah, di mana jumlah lampu sesuai dengan jumlah penghuni rumah.
Lampu-lampu minyak tersebut digantung pada sebuah kerangka kayu yang dihiasi dengan janur kuning. Di atas kerangka itu juga digantung buah pisang sebagai lambang kesejahteraan, dan tebu sebagai lambang kemanisan, keramahan, serta kemuliaan menyambut Hari Raya Idul Fitri.
“Selain menerangi jalan ke masjid, tradisi ini juga menyambut para pengumpul zakat di tiap rumah. Hanya dengan jumlah lampu terpasang, menandakan berapa orang yang wajib memberikan zakat fitrah” jelas Iskandar Ismail, warga Kecamatan Tilong Kabila, Kabupaten Bone Bolango.
Iskandar pun berharap, tradisi ini tetap ada.
“Zaman bisa berubah, akan tetapi kita semua tidak meninggalkan tradisi dan budaya yang sudah ada. Dan sudah seharusnya hal ini tetap dilestarikan dengan lampu botol, meskipun lampu listrik kian mendominasi,” tutur Iskandar.
Tradisi Tumbilotohe terus berkembang, dan bahkan sering digelar dalam bentuk festival.
Pada tahun 2007, Tumbilotohe masuk Museum Rekor Indonesia (MURI), karena 5.000.000 (lima juta) lampu yang menyemarakkan tradisi tersebut.
Editor : Christo Senduk