bar-merah

Tak cairkan uang pembinaan, Dinas Pendidikan Bolmong dinilai tak paham kelola kegiatan

Atlit cabor pencak silat, Rio Febrianto Nugroho dan Chelsy Destika Ambah utusan Kabupaten Bolmong saat berlaga pada O2SN tingkat Provinsi Sulut, Kamis (13/6/2019).

BOLMONG, ZONAUTARA.com – Pelaksanaan Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) tingkat Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong) terus menuai polemik. Pasalnya, hingga saat ini, hadiah berupa uang pembinaan bagi para juara, yang diserahkan Wabup, Yanny Ronny Tuuk, usai upacara peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), 2 Mei 2019 lalu, hanya sebatas simbolis.

Tak hanya itu, sepuluh atlit putra dan putri dari lima cabang olahraga (cabor) yang diutus mewakili Kabupaten Bolmong ke tingkat Provinsi juga tak menerima uang pengganti transport.

“Katanya hadiah uang pembinaan bagi juara satu sebesar 500 ribu dan uang pengganti transport masing-masing 65 ribu nanti diserahkan setelah selesai kegiatan di provinsi. Karena dananya masih akan diproses setelah semua rangkaian kegiatan O2SN mulai dari tingkat kabupaten hingga provinsi selesai,” beber sumber yang enggan namanya disebut.

Sementara itu, Kepala Bidang Pendidikan Dasar, Dinas Pendidikan Bolmong, Rifai Mokoagow menjelaskan, terkait hadiah bagi para pemenang O2SN tingkat kabupaten untuk lima cabor yakni, atletik, renang, bulu tangkis, pencak silat, dan karate memperoleh hadiah untuk juara I sebesar Rp. 750.000, juara II Rp. 500.000, dan juara III Rp. 400.000.

Baca juga: Sudah juara tapi tidak terima hadiah

Tapi, kata Rifai, untuk anggarannya belum diproses lantaran tertata bersamaan dengan anggaran biaya operasional untuk mengikuti O2SN di tingkat provinsi.

“Pertanggungjawabannya dibuat satu. Mulai dari kegiatan di tingkat kabupaten hingga provinsi. Jadi nanti selesai kegiatan di provinsi baru anggarannya bisa diproses. Dan memang anggarannya tertata di triwulan II,” jelas Rifai saat dikonfirmasi via pesan Whatsapp, Kamis (13/6/2019).

Di sisi lain, besaran tersebut kata Rifai, telah disesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah.

“Uang pembinaan ini tak terlalu besar. Namun mudah-mudahan ini dapat menambah spirit anak-anak kita dalam berprestasi sesuai dengan minat dan bakatnya masing-masing,” tambah Rifai.

Sementara itu, Cyntia Laurens, orang tua dari salah satu atlit yang diutus ke Provinsi menilai, Dinas Pendidikan selaku penyelenggara lalai dalam mengurus pertanggungjawaban kegiatan.

Menurut Cyntia, kegiatan O2SN itu dilaksanakan April yang notabene sudah masuk triwulan II.

“Lalu mau tunggu apalagi?. Harusnya kalau ada kegiatan seperti itu, sebelum pelaksanaan, pihak dinas selaku pelaksana kegiatan bisa mengajukan dana tambahan uang (TU) ke Badan Keuangan Daerah,” tutur Cyntia, via pesan aplikasi Messenger, Kamis (13/6/2019).

Labih lanjut, orang tua dari salah satu atlet cabang olahraga pencak silat putra, Rio Febrianto Nugroho, utusan dari SDN 2 Kopandakan II itu menyebutkan, kalaupun tidak sempat mengajukan dana TU, maka selesai kegiatan, dananya bisa langsung diminta secara langsung (LS) tanpa harus menunggu kegiatan lain yang belum dilaksanakan.

“Di tempat saya bekerja juga ada kegiatan serupa (lomba). Dan cara pengurusannya seperti itu. Saya sendiri termasuk pengelolanya. Tapi, mungkin mereka punya cara yang beda dalam mengurus dana kegiatan,” sentil Cyntia Laurens yang juga berprofesi sebagai ASN di lingkup Pemkab Bolmong. (itd)

Editor: Ronny Adolof Buol



Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat



Share This Article
WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com