MATARAM, ZONAUTARA.com – Labuan Bajo adalah impian. Nama salah satu dari 19 desa/kelurahan di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur ini sudah ada dalam list saya sejak lama. Destinasi ini mesti didatangi.
Impian sejak lama itu bersambut, saat AJI yang punya program memerangi hoax menugaskan saya ke Mataram. Sebagai salah satu dari trainer yang dilatih AJI, Internews dan Google News Initiative, saya punya kewajiban menunai tugas mengenalkan tools cek fakta. Kali ini AMSI Nusa Tenggara Barat menjadi tuan rumahnya.
Saya tiba di Bandar Udara Lombok, Kamis (22/11) malam, dengan maskapai Lion Air yang telat berangkat saat transit di Bandar Udara Juanda, Surabaya. Tak ada penerbangan langsung dari Manado ke Lombok.
Pelatihan yang diikuti 35 peserta anggota AMSI NTB yang datang dari 10 kabupaten/kota itu berlangsung selama dua hari (23-24/11). Saya ditemani Rosmawati dari Kendari dan Arin, staff AJI dari Jakarta.
Sehari setelah pelatihan, saya menyempatkan mendatangi Lombok Tengah. Di sana pemerintah sedang mempersiapkan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata (KEKP) Mandalika. Jokowi telah menetapkan lima destinasi pariwisata super prioritas. Selain Mandalika, empat destinasi lainnya adalah Toba, Borobudur, Morotai dan Likupang (Sulawesi Utara).
Di Mandalika, saya mampir di Kampung Sade, lalu ke Pantai Kuta, Tanjung Aan yang disiapkan untuk sirkuit balap motor GP1 serta ke Pantai Mawun.
Naik Bus
Sejak menerima penugasan ke Lombok, saya sudah merencanakan untuk melanjutkan trip ke NTT. Mumpung sudah berada di NTB.
Setelah mengumpulkan informasi di sana-sini, saya kemudian memilih perjalanan darat dan laut ke Labuan Bajo. Lewat nomor telepon hasil penelusuran di internet, saya membooking seat untuk bus menuju Bima. Saya datang membayar tiket seharga Rp 220.000 di pool PO Dunia Mas yang berada di Terminal Mandalika. Bus akan berangkat pukul 15.00 WITA.
Karena masih pagi, saya balik ke hotel, berbenah dan menyempatkan diri menulis. Usai makan siang di Cafe Acibara yang keren itu, saya mengorder layanan GoCar ke terminal. Tiba di terminal saya sempat membentak beberapa orang calo yang langsung saja membawa tas saya, padahal sudah dibilang saya punya tiket.
Terminal Mandalika adalah terminal utama yang menghubungkan Mataram dengan berbagai kota dan tujuan di NTB dan NTT bahkan ke kota-kota di Jawa seperti Jawa Timur hingga Jakarta. Berbagai jenis bus tersedia di sini.
Suasana terminalnya cukup rapih dan bersih, dengan ruang tunggu full ac yang dilengkapi berbagai fasilitas termasuk tempat charging handphone. Kondektur PO Dunia Mas memasukan tas saya ke bagasi. Saya naik ke dalam bus untuk memastikan tempat duduk saya nomor 7 tersedia. Petugas bus kemudian mempersilahkan saya dan penumpang lainnya untuk menunggu di ruang tunggu yang nyaman itu.
Tepat pukul 15.00 WITA, Haris, petugas bus mengajukan permintaan maaf. Saya dan penumpang lainnya harus pindah bus, karena ac di Dunia Mas tidak maksimal. Saya tahu itu hanyalah alasan, untuk mentransfer kami ke bus lainnya, karena penumpang sedikit.
Kami lalu pindah ke PO Langsung Indah yang berkapasitas 36 tempat duduk. Nomor kursi saya tidak berubah. Bus bergerak keluar dari terminal pada pukul 15.30, dan hanya terisi setengah.
Saya sudah menebak dalam hati, sopir dan kondektur pasti akan singgah mengangkut penumpang tambahan yang tidak beli tiket resmi. Tebakan saya tak butuh waktu lama terbukti. Hanya beberapa ratus meter dari terminal, bus berhenti beberapa kali. Dan pada perhentian terakhir, kondektur yang dibantu beberapa orang memuat barang yang cukup banyak. Saking banyaknya, bagasi di bagian bawah tidak mencukupi, dan barang-barang yang diisi dalam karung itu dimuat di dalam bus.
Sialnya, karung-karung itu berisi berbagai jenis sayuran, di antaranya wortel, kubis dan juga daun bawang. Bisa dibayangkan, bus executive yang kaca jendelanya terpasang permanen tak bisa dibuka tutup, full ac, dijejali berkarung-karung daun bawang.
Saya sempat ingin memprotes tindakan mencampur barang muatan yang semestinya diangkut dengan mobil ladbak terbuka itu, dengan penumpang dalam kabin ber-ac. Tapi maag saya sedang bergejolak. Saya urung “darah tinggi”.
Jarak tempuh ke Pelabuhan Kayangan sekitar dua jam. Tapi kami tiba di pelabuhan pada pukul 18.10. Di pelabuhan kami akan menyeberang ke Pelabuhan Poto Tano di pulau Sumbawa Besar dengan menggunakan kapal feri. Bus akan masuk ke kapal, penumpang istirahat di dek. Perjalanan akan ditempuh selama lebih kurang 6o menit.
Bersambung . . .