ZONAUTARA.COM – Barapen menjadi salah satu tradisi turun temurun di Papua. Barapen adalah ritual memasak bersama warga satu kampung dengan tujuan untuk bersyukur (kelahiran, perkawinan adat, penobatan kepala suku).
Bahkan barapen atau bakar batu juga biasa dilakukan untuk mengumpulkan prajurit sebelum melakukan peperangan. Tradisi bakar batu umumnya dilakukan oleh suku pedalaman/pegunungan, seperti di Lembah Baliem, Paniai, Nabire, Pegunungan Tengah, Pegunungan Bintang, Jayawijaya, Dekai, Yahukimo dan lain-lain.
Di masing-masing tempat/suku di Papua, sebutannya bisa macam-macam, misalnya gapiia (Paniai), kit oba isogoa (Wamena), atau barapen (Jayawijaya).
Barapen atau biasa disebut bakar batu, karena benar-benar batu dibakar hingga panas membara, kemudian ditumpuk di atas makanan yang akan dimasak.
Dalam proses barapen ada kurang lebih tujuh langkah yang harus dijalani, untuk memastikan agar hasil yang didapatkan sesuai dengan keinginan.
Prosesnya sebagai berikut:
- Batu ditumpuk di atas perapian dan dibakar sampai kayu bakar habis terbakar, dan batu menjadi panas (kadang sampai merah membara).
- Bersamaan dengan itu, warga yang lain menggali lubang yang cukup dalam.
- Batu panas tadi dimasukkan ke dasar lubang yang sudah diberi alas daun pisang dan alang-alang.
- Di atas batu panas itu ditumpuk daun pisang, dan di atasnya diletakkan daging babi yang sudah diiris-iris.
- Di atas daging babi ditutup daun pisang, kemudian di atasnya diletakkan batu panas lagi dan ditutup daun.
- Di atas daun, ditaruh ubi jalar (batatas), singkong (hipere), dan sayuran lainya dan ditutup daun lagi.
- Di atas daun paling atas ditumpuk lagi batu panas dan terakhir ditutup daun pisang dan alang-alang.
Terdapat sebuah kepercayaan bahwa babi yang yang akan dimasak tidak boleh langsung disembelih. Babi yang akan dimasak harus dipanah, jika saat dipanah babi itu langsung mati maka semua kegiatan akan berlangsung dengan sukses. Namun sebaliknya jika tidak langsung mati berarti akan ada kendala saat acara berlangsung.
Butuh waktu kurang lebih satu jam agar babi yang dimasak itu matang. Setelah matang semua anggota suku harus berkumpul dan membagi makanan secara merata kemudian dimakan bersama sama. Ini berguna untuk membangun solidaritas dan kebersamaan antara suku.
Sampai saat ini tradisi barapen atau bakar batu masih dilakukan oleh hampir semua masyarakat Papua, bahkan sekarang juga sudah dilakukan untuk penyambutan tamu kenegaraan.