MANADO, ZONAUTARA.com – Meskipun setahun lagi akan pensiun, namun panggilan jiwa untuk terus mendidik anak bangsa tak pernah padam dari dasar jiwanya. Begitulah semangat Frans Paendong, seorang guru bahasa Indonesia di SMP Katolik Pax Christy Manado yang kini berumur 59 tahun.
“Tahun depan, persis tanggal 28 Juli, saya sudah pensiun. Aturannya, pensiun 60 tahun. Di SMP Katolik Pax Christy Manado ini saya sudah hampir 30 tahun mengajar. Sudah cukup lama. Sudah cukup banyak makan asam garam dunia sekolah,” ujarnya dengan suara berat.
Sejak tahun 1990, kata Frans, dia sudah ditempatkan di sekolah tersebut setelah mutasi dari sekolah yang ada di Minahasa. Jenjang sekolah yang digelutinya tetap SMP, tidak pernah pindah ke jenjang lain, SD atau SMA/SMK. Di sela-sela kesibukan sebagai tenaga pengajar di SMP Katolik Pax Christy Manado, Frans juga sempat memanfaatkan waktu luang dengan mengambil jam mengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIPOL) Merdeka.
“Itu hanya berjalan beberapa tahun. Waktu saya mengajar, honorariumnya kecil. Tidak seperti sekarang.” kenangnya.
Menghadapi pemberlakuan full day school yang kini diterapkan sekolahnya, Frans awalnya agak kesulitan. Untuk bisa menyesuaikan dengan pemberlakuan jam mengajar hingga pukul 15.00 Wita tidak mudah, apalagi umur kian uzur.
“Tapi namanya aturan yang diberlakukan pimpinan sekolah tetap harus dipatuhi tanpa alasan umur. Kalau di SMP Katolik Pax Christy Manado full day school baru diterapkan di tahun ajaran 2017-2018. Di sekolah Katolik lain, seperti SMP Katolik Stela Maris Tomohon sudah diberlakukan dari tahun 2016 lalu,” kata Frans.
Tentang kefiguran sosok guru bahasa Indonesia itu, rekan-rekan seprofesi di SMP Katolik Pax Christy Manado mengakui semangat Frans selama ini tak pernah surut mendidik generasi muda bangsa.
“Dia memang seorang guru teladan. Totalitasnya dalam mengajar patut dicontohi oleh guru-guru baru seperti saya,” ujar seorang guru muda yang malu menyebut namanya.
Editor: Ronny A. Buol