TOMOHON, ZONAUTARA.com – Musim kemarau masih melanda Kota Tomohon. Bahkan, kondisi ini diprakirakan masih akan terjadi hingga beberapa bulan ke depan.
Kemarau panjang ini pun mulai berdampak pada ketersediaan air bersih. Sejumlah daerah pun mulai mengalami krisis air bersih. Pasalnya, sumur mulai mengering dan air yang disuplai Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) tak lagi sampai.
Direktur Utama (Dirut) PDAM Kota Tomohon Marthen Gosal menyebut, musim kemarau yang sudah berlangsung selama beberapa bulan ini menyebabkan sejumlah mata air menjadi kering.
“Dari sekitar 12 sumber air yang kami gunakan, saat ini ada empat mata air yang mati. Yaitu, 3 yang ada di wilayah lereng Gunung Mahawu dan 1 di Lahendong,” ujar Gosal, di sela-sela pemantauan mata air di wilayah Kakaskasen, Senin (09/09/2019).
Selain matinya empat mata air tersebut, kata Gosal, penurunan debit air juga terjadi di semua mata air yang ada di Kota Tomohon. Penurunan debit air ini pun berdampak pada penyuplaian air ke wilayah yang berada di perbukitan.
Namun begitu, pihaknya tetap memaksimalkan mata air yang ada untuk disuplai kepada masyarakat selaku pelanggan.
“Untuk pelayanan kepada pelanggan mungkin hanya yang sudah di ketinggian yang terdampak. Tapi itu hanya sekitar 10 sampai 15 persen,” jelasnya.
Selain ketersediaan air bersih, dampak kemarau ini pun mulai dirasakan oleh para petani.
Salah satu petani di wilayah pertanian Rurukan, Hendra Kumenap saat diwawancarai mengatakan, akibat kemarau ini, dirinya sudah melakukan aktivitas penyiraman tanaman selama tiga Minggu.
Di mana, Hendra mengaku harus menyiram tanaman lebih sering agar tanaman sayur yang ditanamnya tidak kering.
“Air yang saya gunakan dihisap menggunakan mesin dari daerah bawah yang beruntung memang masih banyak airnya,” katanya.
Menurutnya, kondisi ini pun dipastikan akan menyebabkan naiknya harga sayur tersebut.
Editor: Rahadih Gedoan