ZONAUTARA.com – “Happy itu dari dirimu sendiri. Tidak bergantung sama orang lain. Bukan karena suamimu, bukan karena pacarmu, tapi kamu yang membuat dirimu happy”.
Kalimat di atas diucapkan Ratih Purwarini. Dia adalah dokter yang juga pembela hak-hak perempuan. dr. Ratih Purwarini, MSi, merupakan salah satu dari seratusan dokter di Indonesia yang gugur karena covid-19.
Ratih merupakan dokter umum, lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, yang melanjutkan pendidikan Master di bidang Kajian Gender di Universitas Indonesia.
Selain berpraktik sebagai dokter, Ratih ikut terlibat dalam aksi-aksi keberpihakan terhadap perempuan korban kekerasan. Anggota Ikatan Dokter Indonesia Jakarta Timur ini aktif sebagai Relawan Pengaduan Rujukan (UPR) Komnas Perempuan.
Pada tahun 2017 dia mendirikan Akara Perempuan, yang semakin memantapkan langkahnya untuk membela sesama perempuan. Lembaga tersebut memungkinkan perempuan berkonsultasi mengenai kesehatan, kekerasan hukum, kekerasan ekonomi, pelecehan seksual, pemerkosaan dan pelecehan lainnya.
Sebelum didiagnosis positif covid-19, dr. Ratih bertugas sebagai Direktur RS Duta Indah di Jakarta Utara. Dia mulai merasa tidak enak badan tanggal 19 Maret 2020.
Dia menjalani pemeriksaan laboratorium lima hari kemudian dan disarankan melakukan isolasi mandiri di rumah. Namun, dr. Ratih memilih dirawat di rumah sakit dan menjalani terapi uap untuk penyakit asma yang dideritanya.
Ketika kritis dan memerlukan ventilator pada Sabtu, 28 Maret 2020, dr Ratih dipindahkan ke RS Pelni Petamburan Jakarta Pusat atas bantuan kenalan sang Ibu, Nina Widyawati.
Dalam kesedihan yang teramat mendalam, ayahanda tercinta sempat menyampaikan penyesalannya karena meminta dr. Ratih menempuh pendidikan kedokteran.
“Happy itu dari dirimu sendiri. Tidak bergantung sama orang lain. Bukan karena suamimu, bukan karena pacarmu, tapi kamu yang membuat dirimu happy”.
Wafat pada tanggal 31 Maret 2020 dan meninggalkan dua putra, jenazah almarhumah dimakamkan dengan iringan azan yang dikumandangkan oleh putranya. Berdiri di dekat gundukan tanah dan memakai masker, Firos berdoa khusyuk untuk Ibunya yang telah beristirahat dalam keabadian.
Dalam Pusara Digital yang dikelola Lapor Covid19, seorang rekannya menulis: “Kami sama2 alumnus FK Trisakti. Beliau seseorang yg selalu semangat dan selalu cerah ceria. Tidak pernah tidak tersenyum. Siap membantu teman yg membutuhkan. Selamat Jalan teman”.
Rekan lainnya menuliskan, “Pertama bertemu mbak Ratih ketika sama-sama jadi relawan Kelas Inspirasi Bogor, Oktober 2015. Tak ada yang istimewa dari pertemuan itu hingga saya bertemu kembali dengannya pada kelas yang lain, dengan percakapan yang lebih intens. Waktu itu mbak Ratih sedang menjadi pendengar yang baik untuk mendampingi kliennya. Dia yang mengajarkan untuk terus berbuat baik pada diri sendiri, pada orang lain, dan dia yang mengajarkan bagaimana jadi laki-laki, jadi manusia.”
Ikuti kisah-kisah para dokter yang gugur karena covid-19 dalam liputan khusus kami: Mereka Melawan Corona