Menjelang tengah malam, kami memasuki Kwandang, Kabupaten Gorontalo Utara. Jalanan sudah sepi. Kami menepi mengisi bahan bakar di Kwandang.
Bapak yang menjual bahan bakar di botolan eceran merasa keheranan saat tahu kami akan menuju Palu. Sejak dari Atinggola, sebuah sepeda motor lainnya terus mengikuti kami.
Nanti saat di Kwandang dan sama-sama mengisi bahan bakar, kami tahu bahwa pria di sepeda motor itu akan menuju Marisa.
Tangki bahan bakar full, kami kembali melanjutkan perjalanan. Pada pukul 2 dinihari, saya menepikan sepeda motor. Saya meminta Gita memarkir sepeda motornya. Posisi kami sudah di Isimu.
Ada gazebo di tepi jalan yang kami pilih untuk beristirahat. Di Gorontalo, orang suka membangun gazebo di depan rumah. Saya meminta Gita tidur. Sudah 378 KM kami tempuh saat beristirahat di Marisa itu.
Saya mengecek kondisi sepeda motor, dan Gita mulai terlelap. Saya menyiapkan semua peralatan sejak dari rumah, termasuk head lamp, yang mode lampu merahnya saya nyalakan dan gantung di gazebo.
Beberapa kali warga melintas. Saya berusaha menyapa dan meminta ijin untuk beristirahat. Tidak ada kekhawatiran kami saat tidur di gazebo itu. Toh niat kami baik, itu selalu saya jelaskan ke Gita.
Pukul 4 saya membangunkan Gita. Suara orang membaca Al-Quaran di masjid terdengar jelas dari pengeras suara. Beberapa warga melintas hendak shalat di masjid. Kami bersiap untuk melanjutkan perjalanan.
Signal seluler yang masih bagus, saya gunakan untuk mengupdate berita dari Pasigala. Ini sudah hari kedua pasca Sulawesi Tengah diguncang gempa dan tsunami.
Sejak saya menggungah status hendak ke Palu, salah satu teman yang terus melakukan komunikasi adalah Pingkan Mandagi. Subuh itu saat saya bangun, pesan WhatsAppnya masuk kembali.
Pingkan mendoakan keselamatan kami menuju Palu. Dia juga berharap kami segera mendapat informasi dari Palu. Sejauh ini, kabar dari adiknya Petra Mandagi masih simpang siur.
Petra dan beberapa atlit paralayang dari Sulut sedang berlomba dalam kejuaraan paralayang di Palu. Mereka tinggal di Hotel Roa Roa, yang dalam tayangan televisi roboh akibat gempa.
Selain Pingkan, beberapa orang juga mengirimkan pesan lewat massanger Facebook. Mereka berharap kami membantu mencari informasi keberadaan sanak saudara mereka.
Komunikasi ke Palu memang masih sangat terbatas di hari kedua pasca bencana itu. Saya pun belum mendapat kabar apapun dari Palu secara langsung, termasuk dari anak saya.
Usai berbenah saya dan Gita melanjutkan kembali perjalanan. Pukul 4.20 WITA sepeda motor kembali kami pacu ke arah Marisa.
(Bersambung)